I) Penyangkalan terhadap keberadaan Allah.
1) Practical Atheist / Atheis praktis.
Ini adalah orang yang sekalipun sebetulnya percaya
bahwa Allah itu ada, tetapi hidup seakan-akan Allah tidak ada (bdk. Ro 1:21).
Mereka tidak berbakti kepada Allah ataupun memuliakan Allah, sebaliknya mereka
hidup untuk dunia dan dirinya sendiri. Di dalam gerejapun ada banyak orang yang
hidup seakan-akan Allah tidak ada, dan makin mendekati akhir jaman / kedatangan
Yesus yang keduakalinya, makin banyak orang ‘kristen’ yang seperti ini! Bdk.
2Tim 3:1-5 Tit 1:16.
2) Theoretical Atheist / Atheis teoritis.
Ini adalah atheisme yang bersifat intelektual dan
berusaha untuk membe-narkan pernyataan bahwa Allah itu tidak ada dengan
menggunakan argu-mentasi yang bersifat rasionil. Biasanya ketidakmampuan mereka
dalam membuktikan keberadaan Allah dijadikan bukti rasionil bahwa Allah tidak
ada. Karena itu ada seseorang yang mengatakan:
"An atheist is a man who looks through
a telescope and tries to explain what he can’t see" (= Seorang atheis
adalah seorang yang melihat melalui sebuah teleskop dan mencoba menjelaskan apa
yang tidak bisa ia lihat).
Contoh: Yuri Gagarin pergi ke ruang angkasa
dan tidak melihat Allah, lalu berkata Allah tidak ada.
Ada beberapa macam atheis teoritis:
a) Dogmatic atheist / atheis dogmatis.
Ini adalah orang yang secara terang-terangan
menyangkal adanya Allah atau sesuatu makhluk yang bersifat ilahi.
Ini adalah atheis yang sejati / sungguh-sungguh.
b) Sceptical atheist / atheis skeptis.
Ini adalah orang yang meragukan kemampuan pikiran
manusia untuk menentukan ada atau tidaknya Allah.
c) Critical atheist / atheis kritis.
Ini adalah orang yang beranggapan bahwa tidak ada
bukti yang sah tentang keberadaan Allah.
Sekarang perlu dipersoalkan: adakah orang yang
betul-betul atheis (dogmatic atheist)?
1) Ro 1:19-20 menunjukkan bahwa Allah
menanamkan dalam diri setiap orang suatu perasaan tentang keberadaannya.
Tetapi Ro 1:19-20 versi Kitab Suci Indonesia
salah / kurang tepat ter-jemahannya, dan karena itu saya memberikan Ro 1:19-20
versi NASB di bawah ini.
Ro 1:19-20 (NASB): "because that
which is known about God is evident within them; for God made it evident
to them. For since the creation of the world His invisible attributes, His
eternal power and divine nature, have been clearly seen, being understood
through what has been made, so that they are without excuse" (= karena
apa yang diketahui tentang Allah nyata di dalam mereka; karena Allah
telah membuatnya nyata bagi mereka. Karena sejak penciptaan dunia / alam
semesta, sifat-sifatNya yang tak terlihat, kekuatanNya yang kekal dan
keilahianNya, telah terlihat dengan jelas, dimengerti melalui apa yang telah
diciptakan, sehingga mereka tidak mempunyai alasan).
Ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang
terlahir sebagai atheist. Ide / pemikiran tentang adanya Allah adalah sesuatu
yang bersifat universal, dan bahkan ada di antara suku-suku yang bersifat
primitif / biadab.
Calvin berkata: "A sense of deity is
inscribed on every heart" [= perasaan tentang adanya Allah dituliskan
pada setiap hati].
2) Manusia berusaha menekan perasaan yang
mengatakan bahwa Allah itu ada (Maz 10:4b Maz 14:1 Maz 53:2).
Keadaan manusia yang rusak / sesat secara moral
dan keinginan manusia untuk menghindari Allah menyebabkan ia membutakan dirinya
dengan sengaja dan menekan naluri yang paling dasari dari ma-nusia dan yang
merupakan kebutuhan rohani yang terdalam (bdk. Yoh 3:19-20).
Seseorang mengatakan: "Fervid atheism
is usually a screen for repressed religion" (= atheisme yang
sungguh-sungguh biasanya merupakan layar dari agama yang ditekan).
Seseorang lain mengatakan: "Atheists
put on a false courage in the midst of their darkness and misappprehensions,
like children who, when they fear to go in the dark, will sing or whistle to
keep up their courage" (= Orang atheis mengenakan / mengadakan suatu
keberanian yang palsu di tengah-tengah kegelapan dan kesalahmengertian mereka,
seperti anak-anak yang pada waktu takut berjalan dalam kegelapan, lalu menyanyi
atau bersiul untuk membangkitkan keberanian mereka).
Ini mirip seperti orang yang takut mati, lalu
tidak mau bicara tentang mati.
3) Bisakah mereka berhasil?
a) Ada yang berkata bisa.
Louis Berkhof: "Surely, there
can be no doubt about the presence of theoretical atheists in the world. When
David Hume expressed doubt as to the existence of a dogmatic atheist, Baron
d’Holback replied: ‘My dear sir, you are at this moment sitting at table
with seventeenth such persons’" (= Jelas, tidak ada keraguan tentang
adanya atheis teoretis dalam dunia ini. Ketika David Hume menyatakan
keragu-raguannya tentang adanya atheis dogmatis, Baron d’Holback menjawab:
‘Tuan, saat ini engkau sedang duduk dengan 17 orang seperti itu’) - ‘Systematic
Theology’, hal 23.
b) Kebanyakan berkata tidak bisa.
o
Robert L. Dabney tidak yakin ada orang / suku yang betul-betul
atheist.
o
Herman Bavinck:
"... the Bible never makes any attempt
to prove the existence of God but assumes this; and it presupposes all along
that man has an ineradicable idea of that existence" (= Alkitab tidak
pernah berusaha untuk membuktikan keberadaan Allah tetapi menganggap bahwa Allah
ada; dan Alkitab menganggap bahwa manusia mempunyai idee yang tidak dapat
dihilangkan tentang keberadaan Allah itu) - ‘The Doctrine of God’,
hal 14.
o
Sir Francis Bacon:
"Atheism is rather in the lip than in
the heart of man" (= Atheisme lebih ada di bibir dari pada dalam hati
manusia).
o
Henry More:
"In agony or danger, no nature is
atheist. The mind that knows not what to fly to, flies to God" (= Dalam
penderitaan yang hebat atau bahaya, tidak ada manusia yang atheis. Pikiran yang
tidak tahu harus lari kemana, akan lari kepada Allah).
o
Seorang lagi berkata:
"An atheist is one who prays when he
can think of no other way out of his trouble" (= Seorang atheis adalah
orang yang berdoa pada waktu ia tidak bisa memikirkan jalan keluar dari
problemnya).
o
Benjamin Whichcote:
"Some are atheists by neglect; others
are so by affectation; they that think there is no God at some times do not
think so at all times" (= Beberapa orang adalah atheis karena
pengabaian; yang lain adalah demikian karena pura-pura; mereka yang pada satu
saat berpikir bahwa tidak ada Allah tidak selalu berpikir demikian).
o
Edward Young:
"By night, an atheist half believes in
God" (= pada malam hari, seorang atheis setengah percaya kepada Allah).
o
Seorang lagi berkata:
"All atheists are rascals, and all
rascals are atheist" (= semua atheis adalah bajingan, dan semua
bajingan adalah atheis).
Karena itu kata-kata mereka tidak bisa dipercaya!
II) Bukti-bukti rasionil tentang adanya
Allah.
1) Ontological Argument (Anselm, Descartes, Samuel
Clarke).
Anselm berkata bahwa manusia mempunyai idee
tentang sesuatu makhluk yang sempurna secara mutlak. Keberadaan adalah sifat
dari kesempurnaan, dan karena itu makhluk yang sempurna secara mutlak itu pasti
ada.
Keberatan:
Kita tidak bisa menyimpulkan pikiran yang abstrak
menjadi keberadaan yang nyata. Fakta bahwa kita mempunyai ide / gagasan /
pemikiran tentang Allah belum / tidak membuktikan keberadaanNya secara obyektif.
2) Cosmological Argument.
Setiap benda yang ada di dunia ini pasti mempunyai
penyebab (cause), dan karena itu alam semesta ini pasti juga mempunyai
penyebab, dan penyebab itu pastilah tidak terbatas besarnya, yaitu Allah.
Illustrasi:
- Seorang Rusia pergi ke USA dan melihat alam semesta mini dan marah waktu diberi tahu bahwa semua itu tidak ada yang membuat. Orang Amerikanya lalu berkata: ‘Kalau alam semesta mini ini saja kamu tidak percaya bahwa tidak ada yang membuat, bagaimana mungkin kamu percaya bahwa alam semestanya yang asli bisa ada tanpa ada yang membuat?’.
- ada pendeta yang bertanya: ‘Ayam dan telor, mana yang ada lebih dulu?’. Tidak mungkin telor ada lebih dulu, karena siapa yang mengeraminya? Kalau ayamnya ada lebih dulu, lalu dari mana ayam itu? Tidak bisa tidak, harus dijawab: ‘Dari Allah’.
- pendeta yang sama bertanya: ‘Kamu asalnya dari mana?’. Dijawab: ‘Dari mama’. ‘Mamamu dari mana?’. ‘Dari mamanya mama’. ‘Mamanya mama dari mana?’. Pertanyaan seperti ini diteruskan sampai orangnya berkata : ‘Dari mama pertama’. Lalu ditanyakan: ‘Mama pertama dari mana?’. Kalau dia tidak mau mengakui ‘Dari Allah’, ia harus mengakui bahwa mama pertama itu dari monyet (teori evolusi). Orang yang tidak mau mengakui keberadaan Allah tidak bisa mempertahankan existensinya sebagai manusia!
Keberatan:
Kant berkata bahwa kalau setiap benda yang ada
mempunyai penyebab, maka hal itu juga harus berlaku bagi Allah.
3) Teleological Argument.
Dalam dunia / alam semesta kita melihat adanya intelligence
/ kecer-dasan, keteraturan, keharmonisan, dan tujuan.
Misalnya:
- air laut menguap ® jadi hujan ® menyuburkan tanah ® kembali ke sungai ® kembali ke laut.
- adanya 4 musim / 2 musim.
- matahari terbit dan terbenam.
- peredaran planet-planet.
- O2 ® manusia ® CO2 ® tumbuh-tumbuhan ® O2.
Semua ini menyatakan secara tidak langsung
keberadaan dari suatu makhluk yang mempunyai intelligence untuk
menciptakan dunia / alam semesta yang seperti itu.
Illustrasi: adanya arloji menunjukkan
pembuatnya mempunyai intelligence.
Keberatan:
Kant berkata bahwa adanya tujuan dan intelligence
/ kecerdasan di dunia ini menunjukkan adanya suatu makhluk yang mempunyai intelligence
dan tujuan. Tetapi itu tidak / belum menunjukkan bahwa makhluk itu adalah Allah
/ Pencipta.
Seorang lain berkata: Teleological Argument ini
hanya menunjukkan adanya suatu pikiran / mind yang mengontrol dunia /
alam semesta.
4) Moral Argument.
a) Suara hati / hati nurani yang bisa membedakan
baik dan jahat menun-jukkan adanya suatu hukum moral dalam hati, dan ini secara
tidak langsung menunjukkan adanya seorang Pemberi Hukum, dan Pemberi hukum ini
adalah Allah.
b) Adanya ketidakadilan dalam dunia ini, adanya
banyak dosa yang tidak dihukum, adanya orang-orang saleh yang menderita dan
orang-orang jahat yang hidup enak di dunia ini, menuntut / membutuhkan
penga-dilan. Secara tidak langsung ini menunjukkan akan adanya seorang Hakim
yang benar, yaitu Allah.
Keberatan:
Sekalipun argumentasi ini menunjukkan keberadaan
‘seseorang’ yang suci dan adil, tetapi tidak bisa menunjukkan adanya Allah,
pencipta, atau makhluk yang sempurna secara mutlak.
5) Historical / Ethnological Argument.
Semua manusia mempunyai naluri tentang adanya
sesuatu yang ilahi. Karena hal itu bersifat universal, maka itu pasti
merupakan sesuatu yang bersifat dasari pada manusia. Dan kalau sifat dasar
manusia itu mem-bawa manusia pada penyembahan yang bersifat agama, maka pastilah
ada suatu makhluk yang lebih tinggi yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang
religius. Makhluk yang lebih tinggi itu adalah Allah.
Keberatan:
- kejadian universal itu mungkin dimulai karena kesalahan manusia yang mula-mula.
- Sifat beragama pada manusia itu kuat sekali pada orang primitif, tetapi jadi hilang di kalangan orang beradab.
Kesimpulan dan evaluasi:
a) Tidak satupun dari argumentasi tersebut di atas
yang bisa memberi bukti yang meyakinkan tentang adanya Allah.
b) Sekalipun demikian, argumentasi-argumentasi
tersebut mungkin bisa ber-guna untuk orang-orang tertentu.
Ingat bahwa yang bisa memberi keberatan adalah
ahli-ahli filsafat, yang semuanya ‘gila’.
Contoh ke‘gila’an ahli filsafat: Saya pernah
mendengar cerita tentang Aristotle dan temannya, yang sebut saja bernama si A.
Suatu hari Aristotle pergi ke rumah temannya. Dari jendela Aristotle sudah
melihat bahwa si A ada di rumah. Lalu ia mengetok pintu dan seorang pembantu
muncul. Aristotle bertanya: ‘Si A ada?’. Pembantu masuk sebentar lalu keluar
lagi dan berkata: ‘Si A tidak ada’. Aristotle merasa dibohongi, tetapi ia
diam saja dan pergi. Suatu hari Si A pergi ke rumah Aristotle, dan setelah
mengetok pintu ternyata Aristotle sendiri yang membukakan pintunya. Si A
langsung menyapa ‘Hai Aristotle!’. Aristotle menjawab: ‘O kamu mencari
Aristotle? Aristotle tidak ada!’. Temannya menjadi marah, tetapi Aristotle
lalu menjawab: ‘Pada waktu aku pergi ke rumahmu, pembantumu mengatakan kamu
tidak ada dan aku percaya kepadanya. Bagaimana mungkin sekarang kamu tidak
percaya bahwa aku tidak ada, padahal bukan pembantuku, melainkan aku sendiri
yang mengatakan hal itu kepadamu’.
Sekarang pikirkan: gila atau tidak?
Seorang mengatakan:
"Philosophers are people who talk about
something they don’t understand and make you think it is your fault!"
(= Ahli-ahli filsafat adalah orang-orang yang berbicara tentang sesuatu yang
tidak mereka mengerti dan membuat kamu berpikir bahwa itu adalah kesalahanmu!).
c) Orang kristen tidak membutuhkan
argumentasi-argumentasi tersebut.
Keyakinan akan adanya Allah didasarkan pada
pernyataan Allah dalam Kitab Suci.
d) Orang yang mau percaya akan adanya Allah dengan
adanya bukti yang rasionil adalah orang yang tidak menerima wibawa Kitab Suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar