I) Inkarnasi.
A)
Arti kata ‘inkarnasi’.
Kata ini berasal dari kata
bahasa Latin IN [= in (= dalam)] + CARO / CARNIS [= flesh (=
daging)].
Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam
daging’. Tentu saja yang dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya tubuh,
tetapi seluruh manusia.
Catatan:
Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan
‘reinkarnasi’. Kekristenan mem-percayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang
adalah Allah, menjadi manu-sia. Tetapi kekristenan menolak reinkarnasi, yang
merupakan ajaran aga-ma Hindu / Buddha, karena bertentangan dengan Kitab Suci,
khususnya Ibr 9:27, yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali dan sesudah itu dihakimi.
B)
Subyek dari inkarnasi.
Bukan Allah Tritunggal, tetapi
Allah Anaklah yang berinkarnasi dan meng-ambil hakekat manusia. Tetapi juga
harus diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam
inkarnasi (Mat 1:20 Luk 1:35 Yoh 1:14 Kis 2:30 Ro 8:3 Gal 4:4 Fil 2:5-7).
Bahwa yang berinkarnasi adalah Allah Anak,
merupakan sesuatu yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat
yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism, yang
menga-takan bahwa Allah Bapa sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.
Penerapan:
Banyak orang kristen berdoa secara salah dengan
berkata: "Yesus, Bapa yang di surga, ...". Atau: "Kami bersyukur
kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi dosa
kami". Ini doa yang salah secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus
dengan Bapa / menganggap bahwa Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.
C)
Inkarnasi dan kelahiran.
Inkarnasi berbeda dengan
kelahiran karena:
1) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjuk-kan pada tindakan pasif.
1) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjuk-kan pada tindakan pasif.
Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’
(misalnya: Luk 19:10 Yoh 9:39 Yoh 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif,
bukan-nya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.
(Catatan: memang dalam Yoh 18:37b Yesus berkata:
"Untuk itulah Aku lahir", tetapi Ia langsung menyambung dengan
kata-kata "dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini").
Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia
biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang
kelahir-annya merupakan tindakan aktif.
2) Inkarnasi menunjukkan bahwa
Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya (Yoh 1:1 6:38 8:58
2Kor 8:9 Fil 2:6-7).
Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan,
maka itu menun-jukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau
dikata-kan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif,
maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya
sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.
D)
Perlunya inkarnasi.
Upah dosa adalah maut / kematian
(Ro 6:23 Kej 2:16-17 Kej 3:19). Untuk menebus dosa manusia, Allah harus
mengalami kematian itu. Karena Allah tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi
manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati untuk menebus dosa manusia.
Tetapi ada ajaran yang mengatakan bahwa Yesus
tetap harus menjadi manusia sekalipun manusia tidak jatuh ke dalam dosa.
Alasannya:
- inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.
Rencana Allah tidak mungkin
gagal, dan pasti akan dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi soal apakah manusia
jatuh ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi manusia.
- pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan penyelamatan. Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu, andaikata-pun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap harus menjadi manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi Gereja.
Bantahan terhadap ajaran ini:
a) Kitab Suci menunjukkan bahwa
inkarnasi ada karena adanya dosa (Luk 19:10 Yoh 3:16 Yoh 10:10 Gal 4:4-5 1Tim
1:15 1Yoh 3:8).
b) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini
sudah termasuk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam Rencana Allah, inkarnasi ada
karena ada dosa.
Banyak orang kristen tak mau menerima bahwa dalam
Rencana Allah, dosa juga sudah ditetapkan. Anehnya, biasanya mereka tetap
percaya bahwa penebusan dosa oleh Kristus sudah direncanakan oleh Allah sebelum
dunia dijadikan (bdk. 1Pet 1:18-20). Padahal penebusan dosa oleh Kristus hanya
bisa terjadi kalau ada dosa yang ditebus. Bagaimana mungkin penebusannya
ditetapkan tetapi dosanya tidak? Disamping itu, pembunuhan terhadap Kristus,
yang memungkinkan penebusan itu terjadi, juga adalah dosa. Dan itupun terjadi
karena telah ditetapkan oleh Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28).
Jadi kesimpulannya: inkarnasi
ada karena adanya dosa. Tetapi sekalipun ada dosa, Allah melakukan inkarnasi dan
penebusan dosa bukan sebagai kewajiban / keharusan, tetapi karena kasihNya dan
karena itulah yang Ia kehendaki.
E)
Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.
1) ‘Firman / LOGOS menjadi
manusia’ (Yoh 1:14) tidak berarti bahwa:
a) LOGOS kehilangan seluruh
atau sebagian keilahianNya.
b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum inkar-nasi.
b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum inkar-nasi.
Seseorang berkata:
"Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before" (= inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu).
"Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before" (= inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu).
Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh
1:14, maka kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:
- kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
- kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.
Kalau kita berbicara tentang
‘Firman / Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2
dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia,
keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru
ketambahan hakekat manu-sia pada diriNya.
2) ‘Firman / LOGOS menjadi
manusia’ berarti bahwa LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa):
a) Tanpa mengalami perubahan
dalam hakekatNya.
b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.
c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.
b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.
c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.
Beberapa kutipan penting
tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:
- "Christ was lowered not by losing but rather by taking" (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan mengambil).
Ini bisa diilustrasikan sebagai
berikut: kita bisa merendahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil
kekayaannya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya pakaian yang
buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun, tetapi
sebaliknya dengan ketambahan sesuatu.
- Leon Morris:
"When the Word
became flesh His cosmic activities did not remain in abeyance" (=
ketika Firman menjadi daging, kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah
dibiarkan terkatung-katung).
"We must surely hold
that the incarnation meant the adding of something to what the Word was doing,
rather than the cessation of most of His activites" (= kita harus
berpegang / percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap sesuatu yang
sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar
kegiatan-kegiatanNya).
- Calvin:
"For even if the
Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person,
we do not imagine that he was confined therein. Here is something marvelous: the
Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he
willed to be borne in the virgin's womb, to go about the earth, and to hang upon
the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the
beginning" (= karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak
terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak
membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan:
Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa
meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di
bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus meme-nuhi
alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.
Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yoh 1:18.
Kalau kita melihat kontex Yoh 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-mula (pada
mulanya) digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan Allah (ay 1). Setelah
itu digambarkan bahwa LOGOS itu berin-karnasi dan diam di antara manusia (ay
14). Tetapi dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan Bapa
di surga!
Selanjutnya, dalam membahas
ketidakberubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat
berinkarnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis
(= teori pengosongan diri). Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat
populer, tetapi salah / sesat!
Teori Kenosis ini, berdasarkan Fil 2:6-7,
mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan sebagian / seluruh
sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat
24:36 menunjuk-kan Yesus tidak maha tahu).
Kesalahan dari Teori Kenosis ini:
a) Yesus adalah Allah dan
karena itu Ia tidak bisa berubah (bdk. Maz 102:26-28 Mal 3:6 Yak 1:17). Allah
tidak bisa berhenti men-jadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!
b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat
Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus
bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia
biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara
antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak
terbatas.
Dalam tafsirannya tentang Fil
2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti
bahwa Kristus melepaskan ke-ilahianNya, tetapi menyembunyikannya dari pandangan
manusia.
"Christ, indeed, could not divest
himself of Godhead; but he kept it con-cealed for a time, that it might not be
seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the
view of men, not by lessening it, but by concealing it" (= Kristus
tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari ke-ilahianNya; tetapi
menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah
kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan
manusia, bukan dengan mengurangi-nya, tetapi dengan menyembunyikannya).
Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada
saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap
bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.
"This does not mean that the Son of
God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the
human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable.
... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way
that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state
of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance
of His wonders" (= ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara
waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia.
Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti
bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan
manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersem-bunyi, sekalipun bahkan dalam
saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam
pelaksanaan / per-tunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’,
hal 399.
F)
Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.
Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa
hakekat manu-siaNya dari surga (berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya
merupakan saluran melalui mana Ia datang ke dunia. Jadi hakekat manu-siaNya
betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa dengan kita tetapi secara
organic tidak berhubungan dengan kita.
Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa
Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist
tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya
dari ibuNya / Maria. Dasar Kitab Suci pandangan ini:
1) Fil 2:7 mengatakan bahwa Ia
‘menjadi sama dengan manusia’, bukan ‘menjadi seperti
manusia’. Ibr 2:14-17 juga mengatakan bahwa ‘dalam segala hal Ia harus
disamakan dengan saudara-saudaraNya’.
2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan
dari Maria, dan Kris-tus hanya serupa dengan kita, maka sebetulnya tidak ada
hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara
antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita (bdk. Ibr
2:14-17).
3) Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang
keluar dari tunggul Isai’, ‘ta-ruk dari pangkal Isai’ (Yes 11:1,10 Yes 4:2
Yes 53:2 Yer 23:5 Wah 5:5 Wah 22:16). Perlu diingat bahwa ‘tunas’
menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan
orga-nic dengan Daud.
4) Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita
berasal dari suku Yehuda’ [Literal: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah].
Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria,
maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yahuda’ ataupun ‘berasal dari
suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam
kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.
5) Ibr 2:11 mengatakan:
a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ay 11a: ‘Ia yang menguduskan dan mereka yang
dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
NASB: are all of one Father (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.
NIV: are of the same family (= semua dari satu keluarga).
RSV: have all one origin (= semua mempunyai satu asal mula).
KJV: are all of one (= semua dari satu).
NASB: are all of one Father (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.
NIV: are of the same family (= semua dari satu keluarga).
RSV: have all one origin (= semua mempunyai satu asal mula).
KJV: are all of one (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata
‘satu’ sebetul-nya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam,
karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Ye-sus betul-betul telah
menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal
dari benih Ma-ria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’
(= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata
‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb,
mengang-gap bahwa kontex menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada
Adam, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan kontex ini memang
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca
Ibr 2 itu terus sampai ay 17).
Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang
dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus
diganti dengan ‘dua’!
b) Itu menyebabkan Ia tidak
malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibr 2:11b).
Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria,
maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.
c) Bdk. juga dengan Ibr 2:14-17
yang menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia
yang sama dengan kita!
6) Yesus disebut sebagai:
- keturunan perempuan / Hawa (Literal: seed of the woman) - Kej 3:15.
- keturunan Abraham [Literal: your seed (= benihmu)] - Kej 22:18 (bdk. Kis 3:25).
- keturunan Daud (Literal: seed of David) - 2Tim 2:8.
Istilah seed / benih
jelas menunjukkan adanya hubungan organic!
7) Dalam Luk 1:42, Elisabet menyebut Yesus
sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal: the fruit of your womb).
Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.
8) Dalam Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana
mungkin ia bisa mengan-dung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah
ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’),
maka dalam Luk 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan
memasukkan bayi dari surga ke dalam kan-dungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel
tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:
- Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Maha-tinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sen-diri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan janin Yesus itu.
- anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus
bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal
kalau Yesus ada-lah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan
pengu-dusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria
(yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengu-dusan dari Roh Kudus
supaya Yesus bisa lahir suci.
Bahwa ini memang ajaran Reformed
terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of
Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:
"being conceived by the power of the
Holy Ghost in the womb of the virgin Mary, of her substance" (=
dikandung oleh kuasa Roh Kudus dalam rahim perawan Maria, dari zatnya / Maria).
Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed:
"the Son of God, is God and man; God,
of the substance of the Father: begotten before the worlds: and man, of the
substance of his mother, born in the world" (= Anak Allah, adalah
Allah dan manusia; Allah, dari zat Bapa: diperanakkan sebelum alam semesta: dan
manusia, dari zat ibuNya, dila-hirkan dalam dunia) - Herman Hoeksema,
‘Reformed Dogmatics’, hal 344.
G)
Peranan Roh Kudus dalam inkarnasi.
1) Roh Kuduslah yang menjadikan
Maria mengandung (Mat 1:18-20 Luk 1:34-35). Ini menyebabkan yang lahir bukanlah
pribadi manusia, tetapi pribadi Anak Allah [Bdk. Luk 1:43 dimana Elizabeth
menyatakan Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the mother of my Lord’ (NIV)].
Karena itu Maria secara tepat disebut THEOTOKOS
(= bunda Allah), bukan sekedar CHRISTOTOKOS (= bunda Kristus).
2) Roh Kudus menguduskan hakekat
manusia dari Kristus sejak dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari
polusi dosa (Yoh 3:34 Ibr 9:14).
Jadi, bahwa Maria mengandung bukan dari seorang
laki-laki, masih belum cukup untuk menyebabkan Yesus itu lahir suci, karena
Maria juga adalah orang berdosa. Masih dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk
menyucikan bayi Yesus sejak dari saat pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul
suci.
Calvin:
"For we make Christ free from all stain not just because he was begotten of his mother without copulation with man, but because he was sanctified by the Spirit that the generation might be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall" (= karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya karena ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.
"For we make Christ free from all stain not just because he was begotten of his mother without copulation with man, but because he was sanctified by the Spirit that the generation might be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall" (= karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya karena ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:
a) Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan
bayi Yesus ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci supaya bisa
lahir dan hidup suci.
Karena itu doktrin Immaculate Conception
dari Roma Katolik, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup suci tanpa
dosa, sama sekali tidak dibutuhkan di dalam gereja.
Catatan:
§
Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tahun
1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin ini memang ada dalam Kitab
Suci / berasal dari Kitab Suci, mengapa dibu-tuhkan waktu 18 abad untuk
menemukannya?
§
Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci sama sekali,
tetapi juga bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci, seperti: Ro 3:10-12,23
Pengkhotbah 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
semua manusia berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam Kitab Suci
hanyalah Yesus saja (Ibr 4:15 2Kor 5:21). Kitab Suci tidak pernah mengecualikan
Maria!
§
Luk 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria menyebut Allah sebagai
Juruselamatnya. Kalau memang ia suci murni, me-ngapa ia membutuhkan Juruselamat?
§
Luk 2:22-24 (bdk. Im 12:1-8) menunjukkan bahwa Maria disebut najis
(Im 12:2), karena melahirkan anak. Ini menye-babkan ia harus mempersembahkan
korban bakaran dan korban penghapus dosa sebagai pendamaian (Im 12:8), supaya
bisa ditahirkan. Sekalipun ‘kenajisan’ di sini bukan-lah suatu dosa moral,
tetapi rasanya sukar diharmoniskan dengan ‘suci murni’.
§
Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut: kalau
Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka demikian juga kedua orang tua
Maria harus suci supaya Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus
suci supaya kedua orang tua Maria bisa suci, dan kalau ini diterukan maka
akhirnya Adam dan Hawapun harus suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak
logis dan tidak alkitabiah, yang orang Roma Katolik-pun tidak akan mau
menerimanya!
b) Kalau memang fakta bahwa Yesus
dilahirkan oleh seorang pera-wan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir
suci, dan masih dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu untuk apa Yesus harus
dilahirkan dari seorang perawan / perempuan yang me-ngandung tanpa hubungan sex
dengan laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja dan ditambah
dengan penyu-cian dari Roh Kudus?
Ada beberapa jawaban terhadap pertanyaan ini:
§
Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup untuk membuat
Yesus lahir suci, tetapi setidaknya dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian
dari Roh Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan kelahiran
biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus
lahir suci.
§
Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang adalah Allah dan
manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama seperti kita. Harus dengan cara
yang berbeda supaya cocok dengan ke-wibawaan pribadiNya.
Catatan: jawaban yang
kedua ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.
II) Penderitaan
Kristus.
A)
Kristus menderita sepanjang hidupNya.
1) Ia menderita karena Ia yang suci harus
hidup ditengah-tengah orang-orang berdosa (bandingkan dengan Lot dalam 2Pet
2:7-8).
Penerapan:
Adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang kristen
yang bukannya menderita tetapi sebaliknya justru merasa senang kalau bergaul /
berkumpul dengan orang-orang yang brengsek! Apakah saudara termasuk orang
seperti itu?
2) KetaatanNya menyebabkan Ia
menderita (bdk. Yoh 3:19-20).
Ada banyak ketaatan yang bisa
menyebabkan penderitaan bahkan penganiayaan. Misalnya kalau kita mau hidup dan
berkata jujur, atau kalau kita menegur orang yang berbuat dosa, dsb. Kristus
rela men-derita demi mentaati Firman Tuhan; bagaimana dengan saudara?
3) Ia menderita karena serangan
setan (bdk. Luk 4:1-13, khususnya ay 13).
Ingat bahwa
ke-tidak-bisa-berdosa-an Kristus tidak berarti bahwa Ia tidak menderita pada
waktu mengalami serangan setan (bdk. Ibr 2:18 - ‘Ia sendiri telah menderita
karena pencobaan’)!
4) Ketidak-percayaan / kebencian
orang-orang di sekitarNya memberikan penderitaan kepadaNya.
Ketidakpercayaan ini datang
dari:
- dunia (Yoh 1:10).
- bangsanya (Yoh 1:11 Yoh 10:20).
- orang-orang sekampungnya (Mat 13:53-57).
- keluarganya (Yoh 7:3-5 Mark 3:21).
- Yudas Iskariot.
- murid-muridNya yang lain.
Hal tersebut lebih-lebih terasa
menyakitkan karena Yesus mencintai orang-orang itu dan Ia bahkan datang ke dunia
dengan maksud mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan orang-orang itu. Tetapi
orang-orang itu ternyata memberikan balasan yang begitu jelek.
Kalau saudara pernah tidak dipercayai oleh orang
yang saudara cintai, seperti orang tua saudara, suami / istri / pacar saudara,
maka saudara tentu bisa merasakan sakitnya hal itu.
Penerapan:
Demi melayani saudara, Yesus pernah mengalami hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia, saudara harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus melayani Dia?
Demi melayani saudara, Yesus pernah mengalami hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia, saudara harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus melayani Dia?
5) PenderitaanNya makin lama
makin hebat dan mencapai puncaknya di kayu salib.
Untuk bisa lebih menyadari
penderitaan Kristus di sekitar salib, khu-susnya pada saat pencambukan dan
penyaliban, perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:
a) Tentang pencambukan:
William Hendriksen:
"The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death" [= cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].
"The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death" [= cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].
William Barclay:
"Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it" [= pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan pung-gungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencam-bukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
"Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it" [= pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan pung-gungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencam-bukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
b) Tentang penyaliban:
Pulpit Commentary:
"Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used" (= paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
"Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used" (= paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay:
"When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness" [= ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].
"When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness" [= ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].
Catatan:
Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
§
tradisi.
§
Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada
kaki.
Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya ta-nganNya, tetapi juga kakiNya.
Alasan saya:
§
penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya tak
selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay (misalnya penulis dari Pulpit
Commentary yang saya kutip di atas). Juga tentang pemakuan kaki ini caranya
tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan
kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
§
Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh
mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19), berkata pada ay 17b: ‘mereka
menusuk tangan dan kakiku’.
§
Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya!
Pasti karena ada bekas pakunya!
Selanjutnya Barclay mengutip
Klausner sebagai berikut:
"The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds" [= kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].
"The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds" [= kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].
Barclay lalu mengatakan:
"It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us" (= itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
"It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us" (= itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Karena Kristus telah menderita dalam
sepanjang hidupNya, jangan mera-sa heran kalau didalam mengikut Kristus
saudarapun menderita dalam sepanjang hidup saudara. Kristus berkata: ‘seorang
hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya’ (Yoh 15:20)!
Juga, karena Kristus rela mengalami semua
penderitaan itu demi sau-dara, maka saudarapun harus rela mengalami penderitaan
demi Kristus!
B)
Kristus menderita tubuh dan jiwa.
Seluruh manusia (tubuh dan jiwa)
jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh dosa.
Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan jiwaNya, barulah
Ia bisa menebus kita secara lengkap.
Pada waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas
merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris
ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh BapaNya, itu
merupakan pende-ritaan jiwa / rohani.
C)
Penderitaan Kristus adalah unik.
1) Karena kesucianNya,
Kristus mengalami penderitaan akibat dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan
yang tidak bisa dialami oleh orang lain.
2) Allah menumpahkan
kepada Kristus kejahatan kita sekalian (Yes 53:6,10). Ini tidak pernah dialami
oleh siapapun juga.
Herman Hoeksema berkata:
"No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One" [= karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena, yang pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.
"No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One" [= karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena, yang pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.
III) Kematian Kristus.
A)
The extent of His death (= luas kematianNya).
Kematian yang dialami oleh
Kristus mencakup:
1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan
jiwa.
2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah. Ini
terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat
27:46).
Ada beberapa pandangan tentang
arti kalimat ini:
a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal /
mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu
hanyalah:
·
perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-krosoen),
atau,
·
doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
·
perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan terhadap pandangan
ini:
Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh
memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman
dosa! Bdk. Yes 59:1-2 2Tes 1:9.
b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebut-an ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul ber-bicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.
Keberatan terhadap pandangan ini:
·
dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini
adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.
·
Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu
mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan
antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostatical / Personal
Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia
itu. Ini tidak mungkin!
·
Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan
yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):
"No man can redeem the life of another,
or give to God a ran-som for him; the ransom for a life is costly, no payment is
ever enough" (= tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain,
atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat
mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
c) Allah Bapa meninggalkan
Yesus sebagai Allah dan manusia.
Keberatan terhadap pandangan
ini:
Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.
Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.
Jawaban atas keberatan ini:
·
Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti
sepenuhnya.
·
Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal,
seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara
lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang
maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan
saja.
Perlu diingat bahwa kalau nanti
orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah,
karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi,
perpisahan yang terjadi antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah
rusaknya hubungan / perse-kutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah
yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!
Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan derngan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).
Bagusnya pandangan ini:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan derngan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).
Bagusnya pandangan ini:
·
Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
·
Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia,
maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan:
Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= penebusan terbatas) dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design (= rencana / tujuan) penebusan Kristus.
Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= penebusan terbatas) dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design (= rencana / tujuan) penebusan Kristus.
·
Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.
d) William G.T. Shedd
menggabungkan pandangan b) dan c).
Ia berkata sebagai berikut:
"The Logos at this moment did not
support and comfort the human soul and body of Jesus. This may be regarded
equally as desertion by the Father or by the Logos, because of the unity of
essence. ... God the Father deserted the human nature, and God the Logos also
deserted it" (= Pada saat ini Logos tidak menopang dan menghibur jiwa
dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal
oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatu-an hakekat. ... Allah
Bapa meninggalkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga meninggalkannya) - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.
Keberatan terhadap pandangan Shedd ini sama
dengan keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.
Penerapan:
Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus
secara jasmani maupun rohani ini tak ada gunanya. Mereka akan mengalami kematian
jasmani dan rohani (dalam neraka).
Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami
kematian jas-mani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai
jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu,
bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa
berkata: "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan"
(Fil 1:21).
B)
The judicial character of His death (= sifat hukum kematianNya).
1) Kristus tidak boleh mati
wajar atau akibat kecelakaan / pembunuhan (bdk. Yoh 7:1,19,25-26,30,44 Yoh 8:59
Mat 12:14-15a).
2) Kristus harus mati karena hukuman mati yang
dijatuhkan oleh penga-dilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai
pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang kriminil.
3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh
pemerintah Roma, dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati
(Luk 23:4,14,15,22,24).
Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati / dihukum
bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus orang lain.
4) Hukuman dari Pontius Pilatus
juga adalah hukuman dari Allah, tetapi dasarnya berbeda. Allah memberikan
hukuman mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius
Pilatus memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut kepada orang-orang
Yahudi.
Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius
Pilatus berjasa karena membantu terlaksananya rencana Allah tentang penebusan
dosa.
5) Hukuman mati yang dijatuhkan
bukanlah pemenggalan / perajaman dengan batu, tetapi penyaliban. Ini adalah cara
Romawi yang paling hina.
Dengan kematian semacam itu Kristus memenuhi
tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul 21:23 Gal 3:13).
Alasan lain mengapa Kristus harus mati melalui
penyaliban adalah bahwa Ia harus mencurahkan darahNya untuk menebus dosa manusia
(bdk. Ibr 9:22) dan untuk menggenapi TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.
Kalau hanya untuk menggenapi Ul 21:23 (bdk. Gal
3:13), maka bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gantung, karena itu
juga merupakan kematian terkutuk.
Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak
menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak mungkin Kristus mati
mela-lui hukuman gantung.
IV) Penguburan Kristus.
A) Kematian bukanlah tahap
terakhir dari perendahan Kristus. Kata-kata ‘sudah selesai’ tak berhubungan
dengan perendahan tetapi dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.
B) Penguburan adalah suatu tahap
perendahan.
Ini terlihat dari:
1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur / membusuk.
2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari hukuman dosa (Kej 3:19).
3) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan merupakan perendahan.
1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur / membusuk.
2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari hukuman dosa (Kej 3:19).
3) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan merupakan perendahan.
C) Penguburan Kristus tidak
hanya menunjukkan bahwa Ia betul-betul sudah mati tetapi juga untuk
menghilangkan kengerian terhadap kuburan dalam diri orang yang percaya.
Karena itu, kalau saudara betul-betul adalah orang
kristen, saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan. Ingat bahwa Kristus sudah
pernah masuk ke sana dan bahkan mengalahkanNya!
Catatan:
Calvin menggabungkan kematian dan penguburan
Kristus dalam satu tahap perendahan saja.
V) Turun ke neraka /
HADES.
A) Arti SHEOL / HADES.
Kata bahasa Ibrani SHEOL / kata
bahasa Yunani HADES (dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia
orang mati’ atau ‘alam maut’) tidak selalu mempunyai arti yang sama.
1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk pada ‘keadaan kematian / the state of death’ atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’. Misalnya: Maz 89:49 Hos 13:14 Kis 2:27.
1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk pada ‘keadaan kematian / the state of death’ atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’. Misalnya: Maz 89:49 Hos 13:14 Kis 2:27.
2) Kalau menunjuk pada tempat,
maka SHEOL / HADES berarti:
a) Kuburan (Kej 37:35 Yunus
2:2).
b) Neraka (Maz 9:18 Maz 49:15 Amsal 15:24 Luk
16:23).
Perhatikan bahwa dalam
ayat-ayat ini ada ancaman kepada orang berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL
/ HADES diartikan sebagai ‘tempat netral’ kemana setiap orang akan pergi
setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan ancamannya! Jadi, dalam ayat-ayat
ini SHEOL / HADES harus diartikan sebagai ‘neraka’!
B) ‘Turun ke neraka / kerajaan
Maut’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
12 Pengakuan
Iman Rasuli
1) Aku percaya kepada Allah,
Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.
5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.
7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8) Aku percaya kepada Roh Kudus.
9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10) Pengampunan dosa.
11) Kebangkitan orang mati / daging.
12) Dan hidup yang kekal. Amin.
2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.
5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.
7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8) Aku percaya kepada Roh Kudus.
9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10) Pengampunan dosa.
11) Kebangkitan orang mati / daging.
12) Dan hidup yang kekal. Amin.
Hal-hal yang perlu diketahui
tentang kalimat ‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ ini:
1) Kata-kata ini tidak ada
dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.
2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12
Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak
didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam Kitab Suci.
3) Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai (secara
salah) sebagai dasar dari doktrin ini:
a) Ef 4:9.
‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena dalam Ef 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kristus bisa naik karena Ia telah turun (bandingkan dengan Yoh 3:13). Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan sebagai ‘bumi’ (seperti dalam Maz 139:15). Dengan demikian Ef 4:9 berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu Ef 4:9 ini sebe-tulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke HADES / ne-raka.
‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena dalam Ef 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kristus bisa naik karena Ia telah turun (bandingkan dengan Yoh 3:13). Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan sebagai ‘bumi’ (seperti dalam Maz 139:15). Dengan demikian Ef 4:9 berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu Ef 4:9 ini sebe-tulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke HADES / ne-raka.
b) 1Pet 3:18-20.
Bagian ini sering dianggap sebagai bagian yang menunjukkan bahwa Kristus memang turun ke HADES dan bagian ini juga dianggap memberi penjelasan tentang tujuan Kristus pergi ke HADES, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati. Tetapi tafsiran seperti ini bertentangan dengan Maz 88:12 yang jelas menunjukkan bahwa tidak ada pemberitaan Injil dalam dunia orang mati!
Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay
18). Dan kata-kata ‘menu-rut Roh’ (ay 18) seharusnya adalah ‘oleh Roh / by
the Spirit’, dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.
Penafsiran Reformed yang umum tentang ayat ini
adalah: dalam Roh / oleh Roh, Kristus berkhotbah (memberitakan Injil) melalui
Nuh kepada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum air bah. Orang-orang
ini masih hidup pada saat diinjili, tetapi disebut ‘roh-roh yang ada dalam
penjara’ karena pada waktu Petrus menulis suratnya mereka sudah mati (Louis
Berkhof).
Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed,
mempunyai pandangan / penafsiran yang lain tentang 1Pet 3:18-20 ini. Ia
berpendapat bahwa arti ayat ini adalah:
§
Kristus memang pergi kepada roh-roh yang ada dalam penjara (atau
kepada roh-roh orang jahat yang menunggu penghakim-an), tetapi:
§
Ia tidak pergi secara pribadi, tetapi melalui Roh Kudus.
§
Ia pergi bukan antara kematian dan kebangkitanNya, tetapi setelah
kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.
§
Kristus memang memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada dalam
penjara itu, tetapi ini bukanlah pemberitaan Injil yang memungkinkan suatu
pertobatan. Ini hanya merupakan peng-umuman / proklamasi tentang kemenangan yang
telah Ia dapat-kan.
Yang manapun arti yang benar,
tetap tidak menunjukkan bahwa 1Pet 3:18-20 ini berhubungan dengan kata-kata
‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
c) Maz 16:10.
Ini diartikan: ‘Roh / jiwa Kristus ada di neraka / HADES sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang sa-lah, karena apa yang diajarkan oleh ayat ini hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa maut’ (bdk. Kis 2:30-31 dan Kis 13:34-35 dimana Maz 16:10 ini dikutip untuk membuktikan kebangkitan Kristus).
Ini diartikan: ‘Roh / jiwa Kristus ada di neraka / HADES sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang sa-lah, karena apa yang diajarkan oleh ayat ini hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa maut’ (bdk. Kis 2:30-31 dan Kis 13:34-35 dimana Maz 16:10 ini dikutip untuk membuktikan kebangkitan Kristus).
Jadi lagi-lagi terlihat bahwa ayat inipun tidak
ada hubungannya dengan turunnya Kristus ke HADES / neraka.
4) Macam-macam penafsiran
tentang ‘turun ke HADES’:
a) Berdasarkan arti dari kata
HADES di atas, dimana HADES bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan,
maka ada orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’ berarti ‘turun ke
dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kubur
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Penafsiran ini tak cocok dengan kontex dari 12
Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa
Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan
dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan
‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini
merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang
tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.
b) Ada juga yang beranggapan bahwa Kristus
benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa
kita.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
o
antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam
kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Luk 23:43,46). Karena itu, baik tubuh
maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke
neraka untuk mengalami siksaan neraka tersebut.
o
Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah
selesai’ (Yoh 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaanNya untuk menanggung
hukuman dosa umat manusia sudah selesai, sehingga tidak ada lagi penderitaan
yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.
c) Roma Katolik:
Sesudah mati, Kristus pergi ke
LIMBUS PATRUM (= tempat pe-nantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama
menan-tikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil kepada mereka dan lalu
membawa mereka ke surga.
Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah Maz 107:16
Zakh 9:11.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§
ayat-ayat itu ditafsirkan out of context (= keluar dari
kontexnya). Bacalah seluruh kontex dari ayat-ayat itu dan saudara akan melihat
bahwa baik Maz 107:16 maupun Zakh 9:11 menunjuk pada pembebasan / pertolongan
yang Allah lakukan terhadap orang yang tadinya mengalami penderitaan sebagai
hukuman dosa mereka. Jadi, ayat-ayat ini sama sekali tak ada hubungan-nya dengan
Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus Patrum.
§
Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah orang percaya; lalu
mengapa mesti diinjili lagi?
§
pandangan ini bertentangan dengan 2Raja-raja 2:11 yang me-nyatakan
bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke Limbus Patrum.
§
apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya untuk mem-bebaskan
mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.
d) Lutheran:
‘Turun ke HADES’ merupakan
tahap pertama dari pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk menyelesaikan
kemenang-anNya atas setan dan untuk menyampaikan hukuman mereka.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§
tidak ada dasar Kitab Sucinya.
§
pemuliaan Kristus baru dimulai pada saat Kristus bangkit.
§
agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa menunjuk pada
‘pemuliaan Kristus’.
e) The church of England:
Tubuh Kristus ada di kuburan,
tetapi roh / jiwaNya pergi ke HA-DES, atau, lebih khusus lagi, ke Firdaus,
tempat penantian dari roh orang-orang benar dan memberi penjelasan tentang
kebenaran.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§
tak ada dasar Kitab Sucinya.
§
orang benar yang sudah mati tak perlu diajar lagi.
§
Firdaus bukanlah tempat penantian orang benar, tetapi
Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:
§
membandingkan Luk 23:43 dengan Luk 23:46.
§
membandingkan 2Kor 12:2 dengan 2Kor 12:4.
§
membandingkan Wah 2:7 dengan Wah 22:2,14,19.
f) Calvin:
‘Turun ke neraka’
menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa
12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang
terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan
sete-lah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menun-jukkan
penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi
pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh Calvin:
§
Kis 2:24 - ‘sengsara maut’ bukan ‘maut’.
§
Yes 53:4 - ‘dipukul dan ditindas oleh Allah’.
Dengan demikian jelas bahwa
Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus
betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan
kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan
kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.
g) Ada juga orang Reformed yang
menganggap bahwa ‘turun ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada
dalam kuasa maut sampai hari yang ke 3.
‘Westminster Confession of Faith’,
chapter VIII, 4 berbunyi sebagai berikut:
"... was crucified, and died, was buried, and remained under the power of death, yet saw no corruption. On the third day He arose from the dead ..." (= ... disalibkan, dan mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...).
"... was crucified, and died, was buried, and remained under the power of death, yet saw no corruption. On the third day He arose from the dead ..." (= ... disalibkan, dan mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...).
Sama seperti penafsiran Calvin, pandangan yang
inipun tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka / HADES.
Catatan:
Catatan:
Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan
bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun kemana-mana tetapi
naik ke surga, karena setelah kebangkitanNya, dalam Yoh 20:17 Ye-sus berkata
kepada Maria: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi
kepada Bapa".
Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara
kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga.
Jawaban terhadap keberatan
ini:
a) Yoh 20:17 ini tidak boleh
ditafsirkan bertentangan dengan Luk 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara
kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.
b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau
Yesus melarang Maria memegang (dalam arti menyentuh) Dia, karena dalam Mat 28:9
dan Yoh 20:27 Ia mengijinkan diriNya untuk dipegang. Karena itu, kata
‘memegang’ dalam Yoh 20:17 seharusnya diartikan ‘memegang erat-erat /
menahan / nggandoli’. Bandingkan dengan terjemahan NASB yang mengatakan "Stop
clinging to Me" (= berhentilah berpegang teguh kepadaKu), dan juga
terjemahan NIV yang mengatakan "Do not hold on to Me" (= jangan
berpegang erat-erat kepadaKu).
c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergi
kepada Bapa’ dalam Yoh 20:17a itu, tidak menunjuk pada saat antara kematian
dan ke-bangkitan Yesus, tetapi menunjuk pada hari kenaikanNya ke surga. Ini
terlihat dengan jelas karena dalam Yoh 20:17b yang berbunyi ‘sekarang Aku akan
pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata
‘pergi’ ini jelas menunjuk pada kenaikanNya ke surga.
Jadi kesimpulannya, arti dari Yoh 20:17
adalah: jangan nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus pergi kepada Bapa /
naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati Maria yang begitu mencintai
Dia, sehingga ingin menahan Dia terus menerus dan tidak mau ber-pisah lagi
dengan Yesus. Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yoh 20:17 ini.
Dengan demikian jelaslah bahwa
Yoh 20:17 ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian
dan kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar