1) Arti kata.
- ‘to generate’ = memperanakkan, memproduksi keturunan.
- ‘generation’ = tindakan memperanakkan.
2) Definisi dari doktrin ini:
a) Hal ini adalah suatu tindakan yang tidak bisa
tidak dilakukan oleh Allah (It is a necessary act of God).
b) Ini merupakan tindakan kekal dari Allah.
Dengan kata lain, hal ini bukanlah sesuatu yang
dilakukan oleh Allah Bapa di masa yang lalu, tetapi merupakan tindakan yang
dilakukan secara terus-menerus.
Herman Bavinck:
"It is not to be regarded as having
been completed once for all in the past, but it is an act eternal and immutable,
eternally finished yet continuing forevermore. As it is natural for the sun to
give light and for the fountain to pour forth water, so it is natural for the
Father to generate the Son" (= Hal itu tidak boleh dianggap sebagai
sesuatu yang telah diselesaikan sekali dan selamanya pada waktu lampau, tetapi
merupakan suatu tindakan yang kekal dan abadi, diselesaikan secara kekal tetapi
berlangsung selama-lamanya. Sebagaimana adalah alamiah bagi matahari untuk
memberikan sinar dan bagi mata air untuk mengeluarkan air, begitu pula adalah
alamiah bagi Bapa untuk memperanakkan Anak) -’The Doctrine of God’,
hal 309.
Illustrasi / analogi yang dipakai oleh Bavinck di
sini adalah sangat penting. ‘Bapa memperanakkan Anak’ merupakan suatu
tindakan yang sudah selesai, tetapi terus berlangsung secara kekal. Analoginya
adalah matahari yang memancarkan sinarnya. Matahari itu sudah selesai
memancarkan sinarnya, tetapi hal itu tetap berlangsung terus menerus. Dengan
analogi ini terlihat bahwa sama seperti kita tidak bisa mengatakan bahwa
matahari itu ada lebih dulu dari sinarnya (ingat bahwa matahari tanpa sinar
tidak bisa disebut sebagai mata-hari!), maka kitapun tidak bisa mengatakan bahwa
Bapa itu lebih kekal dari pada Anak.
William G. T. Shedd mengutip kata-kata Turrettin:
"‘The Father,’ says Turrettin,
‘does not generate the Son either as previously existing, for in this
case there would be no need of generation; nor as not yet existing, for
in this case the Son would not be eternal; but as coexisting, because he
is from eternity in the Godhead’" (= ‘Bapa’, kata Turretin,
‘tidak memperanakkan Anak seakan-akan Anak itu sudah ada sebelumnya,
karena kalau begitu maka tidak diperlukan tindakan memperanakkan itu; juga tidak
seakan-akan Anak itu belum ada, karena kalau begitu maka Anak itu tidak
kekal; tetapi sebagai ada bersama-sama, karena Ia ada dalam diri Allah
sejak kekekalan’) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal
293-294.
Dari penjelasan-penjelasan ini terlihat bahwa
sekalipun Yesus memang betul-betul diperanakkan oleh Bapa, Ia tetap sama
kekal-nya dengan Bapa. Jadi doktrin ini memang disusun sedemikian rupa sehingga
melindungi kekekalan Anak, dan dengan demikian juga melindungi keilahian Anak.
c) Hal ini merupakan kelahiran / generation
dari pribadi, bukan kelahiran / generation dari hakekat Anak Allah.
Louis Berkhof:
"It is better to say that the Father
generates the personal subsistence of the Son, but thereby also communicates to
Him the divine essence in its entirety. But in doing this we should guard
against the idea that the Father first generated a second person, and then
communicated the divine essence to this person, for that would lead to the
conclusion that the Son was not generated out of the divine essence but created
out of nothing. In the work of generation there was a communication of essence
but created out of nothing. In the work of generation there was a communication
of essence; it was one indivisible act" (= Lebih baik untuk mengatakan
bahwa Bapa memperanakkan keberadaan pribadi dari Anak, tetapi dengan demikian
juga memberikan kepadaNya seluruh hakekat ilahi. Tetapi dalam melakukan ini kita
harus waspada terhadap gagasan bahwa Bapa mula-mula memperanakkan pribadi yang
kedua, dan lalu memberikan hakekat ilahi kepada pribadi ini, karena itu akan
membawa pada kesimpulan bahwa Anak bukan diperanakkan dari hakekat ilahi tetapi
diciptakan dari ‘tidak ada’. Dalam pekerjaan memperanakkan ada pemberian
hakekat; itu adalah satu tindakan yang tidak terpisahkan) - ‘Systematic
Theology’, hal 93,94.
‘Communication of essence’ ini
menyebabkan Anak mempunyai hidup dari diriNya sendiri (Yoh 5:26).
d) Hal ini bersifat rohani dan illahi.
Louis Berkhof:
"This generation must not be conceived
in a physical and creaturely way, but should be regarded as spiritual and
divine, excluding all idea of division or change" (= Tindakan
memperanakkan ini tidak boleh dipahami / dibayangkan secara fisik dan bersifat
ciptaan, tetapi harus dianggap sebagai rohani dan ilahi, membuang semua gagasan
tentang perpecahan atau perubahan) - ‘Systematic Theology’, hal
94.
Catatan: keempat definisi di atas ini
kelihatannya diberikan begitu saja tanpa dasar Kitab Suci, tetapi saya
berpendapat bahwa dasarnya sebe-tulnya ada. Dalam menyusun definisi-definisi
itu, para ahli theologia mem-perhatikan beberapa hal yang tidak boleh dilanggar,
yaitu:
- Anak adalah Allah, dan harus bersifat kekal, dan bahkan sama kekal-nya dengan Bapa.
- Allah tidak bisa berubah.
Ada yang berdasarkan Maz 2:7 mendefinisikan
doktrin ‘the eternal gene-ration of the Son’ sebagai suatu tindakan
Bapa yang terjadi di minus tak terhingga. Orang itu berkata bahwa pada saat itu
waktupun belum ada sehingga tidak ada ‘sebelum’ atau ‘sesudah’. Dengan
demikian tidak bisa dikatakan bahwa Bapa ada sebelum Anak.
Tetapi saya tidak setuju dengan argumentasi ini.
Untuk itu saya akan mengutip kata-kata John Murray dalam tafsirannya tentang Ro 9:11
(NICNT) dimana ia berkata:
"This consideration that the electing
purpose is supratemporal does not, however, rule out the thought of priority;
there can be priority in the order of thought and conception quite apart from
the order of temporal sequence" (= Pertimbangan bahwa rencana pemilihan
ini ada di atas waktu tidak menyingkirkan pemikiran tentang ke-lebih-dahulu-an;
bisa ada ke-lebih-dahulu-an dalam urut-urutan pemikiran dan pengertian terlepas
dari urut-urutan waktu).
John Murray mendukung hal ini menggunakan Ro 8:29
dimana secara implicit ditunjukkan bahwa ‘foreknew’ (= diketahui
lebih dulu; tetapi Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘dipilihNya’)
mendahului ‘predestined’ (= ditentukanNya), padahal jelas bahwa baik ‘foreknew’
maupun ‘predestined’ adalah hal-hal yang terjadi di dalam kekekalan.
Karena itu, kalau kita mengatakan bahwa Anak
diperanakkan di satu saat pada waktu yang lampau, sekalipun itu terjadi di minus
tak terhingga, pada saat waktupun belum ada, maka secara logika kita tetap bisa
melihat bahwa Bapa lebih kekal dari Anak, dan juga bahwa terjadi perubahan dalam
diri Allah dari satu pribadi menjadi dua pribadi.
Tetapi dengan mendefinisikan bahwa Bapa
memperanakkan Anak secara kekal / terus menerus, maka prinsip tentang keilahian
dan kekekalan Yesus dan ketidakberubahan Allah bisa dipertahankan.
3) Dasar Kitab Suci dari "the eternal
generation of the Son".
a) Dasar yang salah:
Maz 2:7 yang berbunyi: "Aku mau
menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau!
Engkau telah Kuper-anakkan pada hari ini".
Pdt. Stephen Tong dalam seminar dan buku ‘Allah
Tritunggal’ (hal 40-41,43) menggunakan Maz 2:7 ini sebagai dasar dari ‘the
eternal gene-ration of the Son’, dan Calvin juga mengatakan bahwa ada
orang-orang yang menggunakan Maz 2:7 sebagai dasar dari doktrin ‘the
eternal generation of the Son’. Tetapi Calvin tidak setuju dengan
penafsiran itu. Saya setuju dengan Calvin, dan saya berpen-dapat ada beberapa
alasan yang menyebabkan Maz 2:7 tidak bisa menjadi dasar dari ‘the
eternal generation of the Son’, yaitu:
- Kata-kata ‘hari ini’ menunjuk pada satu titik di masa yang lampau, dan dengan demikian maka tindakan memperanakkan itu merupa-kan suatu tindakan yang terjadi pada masa yang lampau, dan ini tidak sesuai dengan definisi dari ‘the eternal generation of the Son’ (lihat point 2,a dan 2,b di atas, dan perhatikan juga catatan di bawah point 2,d di atas).
- Maz 2:7 hanya menunjukkan bahwa Allah memberikan kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Calvin: "He is not said to be
begotten in any other sense than as the Father bore testimony to him as being
his own Son" (= Ia tidak dikatakan diperanakkan dalam arti yang lain
dari pada bahwa Bapa memberikan kesaksian kepadaNya sebagai AnakNya sendiri).
- Kata-kata ‘hari ini’ menunjuk pada saat dimana ke-Anak-an Yesus diproklamirkan kepada dunia.
Calvin: "This expression, to be
begotten, does not therefore imply that he began to be the Son of God, but that
his being so was then made manifest to the world" (= Ungkapan
‘diperanakkan’ ini tidak berarti bahwa Ia mulai menjadi Anak Allah, tetapi
bahwa keberadaanNya sebagai Anak Allah dinyatakan kepada dunia pada saat itu).
- Maz 2:7 dikutip 3 kali dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Kis 13:33 Ibr 1:5 Ibr 5:5, dan tidak ada satupun dari ayat-ayat itu yang me-ngutipnya untuk menunjuk pada ‘the eternal generation of the Son’.
b) Dasar yang benar:
- Sebutan ‘Bapa’ dan ‘Anak’ menunjukkan bahwa Bapa memper-anakkan Anak.
- Sebutan ‘Anak Tunggal’ bagi Yesus / Anak Allah (Yoh 1:14 3:16,18 1Yoh 4:9). Dalam bahasa Inggris digunakan istilah ‘the only begotten’ (= satu-satunya yang diperanakkan).
- Sebutan ‘sulung’ bagi Yesus / Anak Allah (Kol 1:15 Ibr 1:6). Dalam bahasa Inggris digunakan istilah ‘firstborn’ (= dilahirkan pertama).
- Kitab Suci berkata bahwa Allah Bapa ‘memberikan’ Allah Anak untuk mempunyai hidup dalam diriNya sendiri (Yoh 5:26 bdk. Yoh 6:57).
- Yoh 1:18 - 'Anak Tunggal Allah'.
Dalam istilah / bagian ini terdapat textual
problem (= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu
dengan manuscript yang lain).
Ada 4 golongan manuscript:
1.
the only begotten (= satu-satunya yang diperanakkan).
2.
the only begotten Son (= satu-satunya Anak yang diperanak-kan).
3.
the only begotten Son of God (= satu-satunya Anak Allah yang
diperanakkan).
4.
only begotten God (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Kebanyakan penafsir menganggap bahwa yang
keempatlah yang benar, dengan alasan:
o
ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.
o
Ini merupakan bacaan yang ‘lebih sukar’, atau yang lebih tidak
masuk akal. Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih
sukar / lebih tidak masuk akal yang diterima, dengan suatu anggapan bahwa
penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari yang tidak masuk akal
menjadi masuk akal, dari pada mengubah dari yang masuk akal menjadi yang tidak
masuk akal.
Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang
no 1 atau no 2 atau no 3, tidak mungkin penyalin manuscript itu
lalu mengubah menjadi yang no 4. Sebaliknya, kalau no 4 yang benar,
mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tak masuk akal sehingga ia
mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.
II) The eternal procession of the
Holy Spirit.- Arti kata.
- ‘to proceed’ = keluar.
- ‘procession’ = tindakan keluar.
- Seperti Anak, Roh Kudus juga sehakekat dengan Bapa.
- Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak (The Holy Spirit proceeds from the Father and the Son).
Point ini memecah gereja menjadi dua pada abad ke
11, yaitu:
- Greek Orthodox, yang mempercayai bahwa Roh Kudus hanya keluar dari Bapa.
- Roma Katolik, yang mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak.
- Banyak hal-hal tentang ‘eternal generation’ yang juga berlaku untuk ‘eternal procession’. Semua point dalam definisi dari ‘the eternal generation of the Son’ juga berlaku di sini.
- Perbedaan ‘Generation’ dengan ‘Spiration’.
- ‘Generation’ adalah pekerjaan Bapa saja, sedangkan ‘Spiration’ meru-pakan pekerjaan Bapa dan Anak.
- Karena adanya ‘Generation’, maka Anak bisa ikut ambil bagian dalan ‘Spiration’.
- Secara logika (bukan secara chronologis!), ‘Generation’ mendahului ‘Spiration’. Tetapi faktanya adalah bahwa keduanya sama-sama merupakan tindakan kekal.
Catatan: kata ‘spiration’ tidak
ada dalam kamus, bahkan dalam kamus Webster sekalipun. Tetapi kelihatannya,
kalau ‘procession’ berarti ‘tindak-an keluar’, maka ‘spiration’
berarti ‘tindakan mengeluarkan’. Kalau ‘procession’ adalah
‘the property of the Holy Spirit’, maka ‘spiration’ adalah
‘the property of the Father and the Son’ (= milik Bapa dan Anak).
6) Dasar Kitab Suci dari ‘the procession of
the Holy Spirit from the Father and the Son’:
- Roh Kudus disebut sebagai Roh Allah / Roh Bapa (Ro 8:9 Mat 10:20) dan juga sebagai Roh Kristus / Roh Anak (Ro 8:9 Gal 4:6). Kata ‘Roh’ bisa diartikan sebagai ‘nafas’ dan ini secara tidak langsung menunjuk-kan bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.
- Yoh 15:26 & Yoh 14:26 mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan diutus oleh Bapa.
- Yoh 15:26 dan 16:7 mengatakan bahwa Roh Kudus diutus oleh Anak.
Catatan: tidak adanya ayat yang menyatakan
bahwa Roh Kudus keluar dari Anak menyebabkan Greek Orthodox menganggap bahwa Roh
Kudus hanya keluar dari Bapa. Tetapi bahwa Roh Kudus disebut Roh Kristus, dan
kata ‘Roh’ bisa diartikan nafas, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Roh
Kudus juga keluar dari Anak.
III) Keberatan dan jawabannya.
1) Loraine Boettner tidak setuju dengan kedua
doktrin ini.
a) Doktrin ‘the eternal generation of the
Son’:
Loraine Boettner berkata bahwa ayat-ayat seperti
Yoh 5:26 Ibr 1:6 Yoh 3:16, tidak mengajarkan doktrin ini. Tujuan
utama dari ayat itu dan dari ayat-ayat lain yang serupa adalah mengajarkan
bahwa:
- Kristus berhubungan secara intim dengan Bapa.
- Anak sama dengan Bapa dalam kuasa, kemuliaan dan ‘nature’.
- Anak adalah Allah sepenuhnya.
Loraine Boettner juga berkata bahwa rupa-rupanya
pandangannya juga merupakan pandangan John Calvin, karena pada bagian terakhir
dari pasalnya tentang Tritunggal, Calvin berkata:
"But studying the edification of the
Church, I have thought it better not to touch upon many things, which
unnecessarily burdensome to the reader, without yielding him any profit. For to
what purpose is it to dispute whether the Father is always begetting? For it is
foolish to imagine a continual act of regeneration, since it is evident that
three Persons have subsisted in God from all eternity" (= Tetapi
mempelajari pendidikan Gereja, saya berpikir lebih baik tidak menyentuh banyak
hal, yang secara tidak perlu memberatkan pembaca tanpa memberikan keuntungan /
menfaat apapun kepadanya. Karena apa tujuannya memperdebatkan apakah Bapa itu
terus memperanakkan? Karena adalah bodoh untuk membayangkan suatu tindakan
melahirkan yang terus menerus, karena adalah jelas bahwa tiga Pribadi terus ada
dalam Allah dari kekekalan) - Loraine Boettner, ‘Studies in Theology’,
hal 122 (ini dikutip oleh Loraine Boettner dari ‘Insitutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XIII, No 29).
Tetapi dalam bagian sebelumnya Calvin berkata:
"... and we must not seek in eternity
a before or an after, nevertheless the observance of an order is not meaningless
or superfluous, when the Father is thought of as first, then from him the Son,
and finally from both the Spirit. ... For this reason, the Son is said to come
forth from the Father alone; the Spirit, from the Father and the Son at the same
time" (= ... dan kita tidak boleh mencari sebelum atau sesudah dalam
kekekalan, meskipun demikian pengamatan tentang suatu urut-urutan bukanlah tanpa
arti ataupun berlebihan, ketika Bapa dianggap sebagai yang pertama, lalu dari
Dia Anak, dan akhirnya dari keduanya Roh. ... Karena itu, Anak dikatakan muncul
/ lahir dari Bapa saja; Roh, dari Bapa dan Anak pada saat yang sama) - ‘Insitutes
of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 18.
b) Doktrin ‘The Eternal Procession of the
Holy Spirit’:
Loraine Boettner berkata sebagai berikut:
- Hanya ada 1 ayat dalam Kitab Suci yang bisa dipakai sebagai dasar doktrin ini, yaitu Yoh 15:26.
- Ada ahli-ahli theologia yang berpendapat bahwa ayat ini mengajarkan doktrin ini, tetapi ada pula yang berkata bahwa ayat itu semata-mata menunjukkan misi dari Roh Kudus untuk datang ke dunia.
- Dalam Yoh 16:28, Tuhan Yesus menggunakan bentuk yang mirip dengan Yoh 15:26 (Yoh 16:28 - "Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa"). Yoh 16:28 jelas menunjukkan bahwa Tuhan Yesus berbicara tentang misiNya untuk datang ke dunia, bukan tentang ‘eternal generation’, karena dalam ayat itu Tuhan Yesus mengkon-traskan antara ‘datang dari Bapa ke dalam dunia’ dengan ‘mening-galkan dunia dan pergi kepada Bapa’. (Jadi maksudnya, kalau Yoh 16:28 menunjuk pada misi Tuhan Yesus, bukan pada ‘eternal generation’, maka Yoh 15:26 juga menunjuk pada misi Roh Kudus, bukan pada ‘eternal procession’).
- Yoh 15:26 diucapkan oleh Tuhan Yesus pada saat Ia sudah mendekati saat penyaliban. Jadi rasanya tidak mungkin saat itu Tuhan Yesus mengajarkan hal-hal yang bersifat filsafat dan begitu mendalam. Lebih cocok, kalau pada saat itu Tuhan Yesus mengajar hal-hal yang bersifat praktis dan berguna untuk meme-nuhi kebutuhan murid-murid (menghibur dan menguatkan mereka) pada saat Tuhan Yesus ditangkap, disalibkan dan mati. Jadi ayat ini tidak boleh diartikan sebagai ‘eternal procession’, tetapi hanya sebagai janji Tuhan Yesus bahwa Ia akan memberikan seorang Penolong yang lain yang keluar dari Bapa.
c) Kesimpulan Loraine Boettner tentang ‘eternal
generation’ dan ‘eternal procession’:
"We prefer to say, as previously
stated, that within the essential life of the Trinity no one Person is prior to,
nor generated by, nor proceeds from, another" (= Kami lebih suka
berkata, seperti telah dinyatakan sebelumnya, bahwa di dalam kehidupan hakiki
dari Tritunggal tidak seorangpun yang mendahului, atau dilahirkan oleh, atau
keluar dari, yang lain) - ‘Studies in Theology’, hal 123.
2) Pandangan William G. T. Shedd.
Pandangan William G. T. Shedd tentang orang yang
menolak kedua doktrin ini: Ini adalah sesuatu yang tidak konsisten. Nama-nama
‘Bapa’, ‘Anak’, dan ‘Roh’ yang diberikan kepada Allah dalam Kitab
Suci, menimbulkan ide / gagasan tentang paternity, filiation, spiration, dan
procession.
Seseorang tidak bisa menyebut oknum I sebagai
Bapa, dan menyangkal bahwa Ia memperanakkan. Juga tidak bisa menyebut oknum ke
II sebagai Anak, dan menyangkal bahwa Ia diperanakkan. Juga tidak bisa menyebut
oknum ke III sebagai Roh, dan menyangkal bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.
Kalau seseorang percaya / menerima bahwa kata-kata ‘Bapa’, ‘Anak’,
‘Roh’ itu menyampaikan kebenaran yang mutlak, maka ia juga harus percaya /
menerima kata-kata ‘beget’ (= memperanakkan), ‘begottten’
(= diperanakkan), ‘spirate’ (= mengeluarkan), ‘proceed’ (=
keluar) juga menyampaikan suatu kebenaran yang mutlak (Shedd’s Dogmatic
Theology, vol I, hal 292-293).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar