Pada tahun 325 Masehi ada sidang
gereja di kota Nicea yang melahirkan Nicene Creed (= Pengakuan Iman
Nicea), yang meneguhkan doktrin tentang Allah Tritunggal. Sekalipun dalam Nicene
Creed itu ditegaskan akan keilahi-an Kristus, dan bahwa Ia telah menjadi
manusia, tetapi Nicene Creed itu tidak menyatakan apa-apa tentang
hubungan antara keilahian dan kema-nusiaan Kristus, sehingga akhirnya muncul
banyak ajaran sesat dalam Kristologi.
Credo (= pengakuan iman) yang paling penting dalam
Kristologi adalah Chalcedonian Creed (= Pengakuan Iman Chalcedon), yang
diciptakan dalam sidang gereja di kota Chalcedon pada tahun 451 Masehi.
Chalcedonian Creed:
"We all with one accord teach men to
acknowledge one and the same Son, our Lord Jesus Christ, at once complete in
Godhead and complete in manhood, truly God and truly man ... one and the same
Christ, Son, Lord, only begotten, recognized in two natures, without confusion,
without change, without division, without separation ... the characteristics of
each nature being preserved and coming together to form one person ..."
(= Kami semua, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengakui Anak yang
satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, pada saat yang sama sempurna /
lengkap dalam keilahian dan sempurna / lengkap dalam kemanu-siaan,
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia ... Kristus, Anak, Tuhan yang
satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, dikenali dalam 2 hakekat,
tanpa kekacauan / percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa
perpisahan ... sifat-sifat setiap hakekat dipertahankan dan bersatu membentuk 1
pribadi ...).
Ada 2 hal yang perlu disoroti
dari Chalcedonian Creed ini:
1) Without confusion /
without change (= tanpa kekacauan / percampuran / tanpa perubahan).
Ini menunjukkan bahwa:
- human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (= hakekat ilahi) tetap berbeda dan mempunyai sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
- human nature (hakekat manusia) tidak menjadi divine (= ilahi), dan sebaliknya divine nature (= hakekat ilahi) tidak menjadi human (= manusia).
- human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (= hakekat ilahi) tidak bercampur dan membentuk nature (= hakekat) yang ke 3.
2) Without division / without separation
(= tanpa perpecahan / tanpa per-pisahan).
Ini menunjukkan bahwa LOGOS tidak pernah terpisah
dari human nature (= hakekat manusia).
Catatan:
Kata ‘nature’ oleh
banyak orang diterjemahkan ‘sifat’. Tetapi ini jelas merupa-kan terjemahan
yang salah! Menurut ‘Webster’s New World Dictionary of the American
Language’ (College Edition) kata ‘nature’ mempunyai 10 arti dan
yang nomer 1 adalah: "The essential character of a thing; quality or
qualities that make something what it is; essence" (=
sifat-sifat yang hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu
dirinya; hakekat).
Dalam Kristologi, saya berpendapat bahwa
istilah ‘nature’ itu harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan
‘sifat’!
William G. T. Shedd, seorang ahli Theologia
Reformed pada abad 19, me-ngatakan:
"When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant" (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
"When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant" (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
Charles Hodge juga mengatakan hal yang serupa,
yang terlihat dari bebe-rapa kutipan di bawah ini:
- "By ‘nature’, in this connection is meant substance. In Greek the correspond-ing words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA and SUBSTANTIA" (= yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theolo-gy’, vol II, hal 387.
- "... we are taught that the elements combined in the constitution of his person, namely, humanity and divinity, are two distinct natures, or substances" (= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pem-bentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua natures atau zat / bahan / hakekat yang berbeda) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 388.
- "... the elements united or combined in his person are two distinct substances, humanity and divinity; that He has in his constitution the same essence or substance which constitutes us men, and the same substance which makes God infinite, eternal, and immutable in all his perfections" (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat / bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga dalam pem-bentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat / bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang mem-buat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
- "That in his person two natures, the divine and the human, are inseparably united; and the word nature in this connection means substance" (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature berarti zat / bahan / hakekat) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 391.
II) Ajaran-ajaran
sesat tentang diri Kristus.
1) Adoptionism.
Dalam buku-buku sejarah maupun
Theologia, biasanya Adoptionism ini tidak dimasukkan dalam perdebatan Kristologi
/ ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus, mungkin karena ajaran ini ada pada
abad 3 Masehi, yaitu sebelum ‘musim’ perdebatan / kesesatan tentang
Kristologi itu mun-cul (abad 4-7 Masehi).
Tetapi kalau dilihat ajarannya, maka ini jelas
termasuk ajaran sesat dalam Kristologi.
Tokohnya yang paling terkenal bernama Paul of
Samosata, yang adalah seorang bishop (= uskup) dari Antiokhia.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus adalah manusia
biasa, yang pada saat baptisan (Catatan: ada yang mengatakan setelah kebangkitan
Kristus) menerima kuasa ilahi dan diangkat ke suatu posisi ilahi. Jadi,
ada perkembangan dalam diri Kristus, dari manusia biasa menjadi semacam
Allah (bukan betul-betul Allah, tetapi lebih rendah dari Allah).
2) Apollinarianism.
Ajaran ini mendapatkan namanya
dari tokohnya yang bernama Apolli-narius / Apollinaris, yang adalah seorang bishop
(= uskup) di kota Lao-dicea, Syria.
Apollinarius ini mempunyai kepercayaan yang
disebut Psychological Trichotomy yang mempercayai bahwa manusia itu
terdiri dari tubuh (Yunani: SOMA), jiwa (Yunani: PSUCHE), dan rational spirit
/ mind (= roh yang rasionil / pikiran; Yunani: PNEUMA atau NOUS).
Dan tentang diri Yesus Kristus, ia berpendapat
bahwa Yesus mempunyai tubuh (SOMA) dan jiwa (PSUCHE), tetapi tidak punya rational
spirit atau mind (PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos dan
bersifat ilahi. Jadi, Kristus bukan manusia sepenuhnya, karena Ia tidak
mempunyai pikiran manusia.
Ajaran ini terlalu menekankan keilahian Kristus
sehingga mengorbankan kemanusiaanNya.
Dasar Kitab Suci yang ia pakai adalah Yoh 1:14
yang secara hurufiah berbunyi ‘And the Word became flesh’ (= Dan
Firman itu telah menjadi daging). Catatan: anehnya, kalau ia memang menekankan
kata ‘daging’ dalam Yoh 1:14 ini, mengapa ia tidak berpendapat bahwa Kristus
hanya mempunyai tubuh manusia saja? Mengapa ada jiwa?
Ajaran ini ditentang oleh Gregory Nazianzus yang
mengatakan bahwa Kristus harus mempunyai semua elemen manusia, karena kalau
tidak, Ia tidak bisa menebus elemen tersebut dalam diri kita. Ia juga mengatakan
bahwa ‘daging’ dalam Yoh 1:14 itu merupakan suatu synecdoche (= gaya
bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya) dan menunjuk pada seluruh
hakekat manusia (termasuk jiwa / rohnya).
Pada tahun 362 Masehi Sidang gereja di kota
Alexandria sudah menen-tang ajaran ini (tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan
menyatakan bahwa Kristus mempunyai reasonable soul (= jiwa yang bisa
berpikir).
Apolinarius tidak melepaskan diri dari gereja, dan
ia membentuk sebuah sekte, sampai tahun 375 Masehi.
Pada tahun 381 Masehi sidang gereja di
Constantinople kembali menge-cam ajaran ini beserta pengajarnya.
3) Nestorianism.
Ajaran ini mendapatkan namanya
dari nama tokohnya yaitu Nestorius, yang pada tahun 428 menjadi bishop di
kota Constantinople.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2
pribadi (yaitu pribadi Allah dan pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai
manusia Yesus sepenuhnya sehingga Yesus menginginkan, menghendaki dan berbicara
seperti Allah. Kristus disembah bukan karena Dia adalah Allah, tetapi karena
Allah ada di dalam Dia.
Nestorius menentang istilah THEOTOKOS (= Bunda
Allah), dan meng-usulkan istilah CHRISTOTOKOS (= Bunda Kristus) untuk Maria,
karena ia berpendapat bahwa Maria tidak melahirkan Allah, tetapi hanya
melahir-kan ‘tempat’ dimana Allah diam / tinggal.
Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di kota
Efesus pada tahun 431 Masehi, yang sekaligus mempertahankan istilah ‘Bunda
Allah’ untuk Ma-ria.
Catatan:
Perlu ditekankan bahwa istilah ‘bunda
Allah’ itu dipertahankan, bu-kan untuk meninggikan Maria, tetapi untuk
menunjukkan persatuan yang tidak terpisahkan antara hakekat ilahi dan hakekat
manusia dalam diri Kristus. Jadi kalau setelah itu gereja Roma Katolik
meng-gunakan istilah ‘bunda Allah’ itu untuk meninggikan Maria, maka itu
adalah sesuatu yang sama sekali tidak dimaksudkan oleh sidang gereja di Efesus
itu.
4) Eutychianism.
Ajaran ini mendapat namanya dari
tokohnya yang bernama Eutyches [artinya adalah the Fortunate (= untung /
mujur). Para penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya dinamakan Atyches yang
berarti the Unfortunate (= sial)].
Ajaran ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine
nature / hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb) human nature
/ hakekat manusia, sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat
saja, yaitu divine nature / hakekat ilahi.
Eutyches ini mempunyai teman-teman yang berkuasa
sehingga akhirnya dalam Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 449 ada ancaman
dan siksaan terhadap para penentangnya, sehingga para penentangnya tidak berani
berkata apa-apa. Akhirnya Sidang gereja ini justru membela ajaran sesat ini, dan
sidang ini dikenal dengan nama The Council of Robbers (= Sidang gereja
perampok).
Baru pada tahun 451 Masehi Sidang gereja di kota
Chalcedon mengecam ajaran ini, dan sekaligus menciptakan Chalcedonian Creed
(= Pengakuan Iman Chalcedon).
5) Monophysitism.
Istilah Monophysitism berasal
dari kata Yunani MONO, yang berarti ‘alone’ (= sendiri) atau ‘one’
(= satu), dan PHUSIS yang berarti ‘nature / essence’ (= hakekat).
Mereka beranggapan bahwa ajaran tentang adanya 2 natures
/ hakekat (seperti yang dinyatakan oleh Chalcedonian Creed) dalam diri
Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2 pribadi dalam diri Kristus
(seperti Nestorianism). Karena itu maka mereka mengajar bahwa Kristus hanya
mempunyai 1 nature / hakekat saja, yang bukan divine / ilahi
maupun human / manusia, tetapi kedua-duanya (both divine and human).
Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di
Constantinople pada tahun 553 Masehi.
6) Monothelitism.
Ajaran ini mengatakan bahwa
Kristus mempunyai 2 natures / hakekat, yaitu divine / ilahi dan human
/ manusia, tetapi hanya 1 kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah divine -
human / ilahi - manusia (cam-puran).
Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di kota
Constantinople pada tahun 680 / 681 Masehi.
Bahwa dalam Kristologi ada
begitu banyak ajaran sesat yang muncul, menunjukkan betapa pentingnya pengertian
tentang Kristologi ini. Kalau ini bukan sesuatu yang penting untuk iman kita,
setan tidak akan menyerangnya dengan menggunakan begitu banyak ajaran sesat.
Kalau kita melihat dalam scope / ruang
lingkup yang lebih luas, maka kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama yang
mempunyai paling banyak aliran (baik yang termasuk aliran yang benar maupun yang
sesat), adalah agama kristen. Semua agama yang lain hanya mempunyai satu atau
dua aliran saja, tetapi kristen mempunyai puluhan atau mung-kin ratusan aliran.
Orang sering meninjau hal ini secara negatif dengan menganggap ini sebagai hal
yang jelek. Tetapi sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara positif, yaitu dengan
menyadari bahwa setan tentu pa-ling senang untuk menyerang ajaran yang benar.
Kalau suatu ajaran / agama adalah salah, untuk apa setan menyerangnya lagi?
Karena itu, adanya banyak aliran dan penyesatan
dalam kekristenan seharusnya justru membuat kita makin sungguh-sungguh dalam
meng-ikut Kristus, dan adanya banyak ajaran sesat dalam Kristologi seharus-nya
membuat kita makin sungguh-sungguh dalam belajar Kristologi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar