Bukti-bukti
keilahian Kristus:
1) Kitab Suci secara explicit
mengatakan demikian (Yes 9:5 Yoh 1:1 Ro 9:5 Fil 2:5b-7 Titus 2:13 Ibr 1:8 2Pet
1:1 1Yoh 5:20).
Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah
ini:
a) Yoh 1:1.
Kata ‘Firman’ (bahasa
Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a
yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b
yang menyebutNya seba-gai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan
bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah mengatakan bahwa
kata ‘God / Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam Yoh 1:1 ini
tidak mem-punyai definite article / kata sandang (Inggris: ‘the’ )
dan karena itu harus diartikan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’ yang lebih
rendah dari YEHOVAH, yang adalah Allah yang sesungguhnya.
Terhadap penafsiran orang-orang Saksi Yehovah ini
perlu kita tunjukkan bahwa dalam Tit 2:13 dan Ibr 1:8 kata ‘Allah’ yang
ditujukan kepada Yesus dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article
/ kata sandang.
b) Tit 2:13 (NIV): ‘while we wait for the
blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus
Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan
yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jadi terlihat dengan jelas bahwa di sini Yesus
Kristus disebut dengan sebutan ‘our great God and Savior’ (= Allah
kita yang besar dan Juruselamat kita).
c) Fil 2:6-7 berbunyi sebagai berikut:
"... Kristus Yesus, yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia".
Sebetulnya istilah ‘dalam rupa Allah’ dan
‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah
Allah. Tetapi di sini saya akan menjelaskan hal-hal lain sehingga ayat ini
menjadi dasar yang lebih kuat lagi bagi keilahian Kristus.
- Kata-kata ‘walaupun dalam rupa Allah’ dalam Fil 2:6 diterjemahkan ‘being in the form of God’ oleh KJV.
Kata ‘being’ itu
dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana
adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa berubah (‘It describes that which
a man is in his very essence and which cannot be changed’ ).
Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh kata
HUPARCHON yang ada dalam bentuk present participle. Ini aneh dan
kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (= past /
lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada ‘continuance of
being’ (= keberadaan yang terus-menerus). Karena itu, kalau dikatakan
bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu berarti bahwa
Yesus adalah Allah secara terus-menerus dan hal ini tidak bisa berubah.
Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah
(Mal 3:6 Maz 102:26-28 Yak 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjuk-kan
bahwa Ia tidak sempurna!
o
Juga kalau ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang
hamba’ diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekwensinya,
ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ haruslah diartikan
bahwa Yesus betul-betul adalah Allah.
o
Disamping itu kata ‘rupa’ dalam ay 6 itu (KJV: form)
dalam bahasa Yunaninya adalah MORPHE, dan seorang penafsir mengatakan bahwa kata
MORPHE ini adalah ‘not a mere external resemblance, but a deep, real, inner
conformity’ (= bukan semata-mata suatu kemiripan lahiriah / luar, tetapi
suatu persesuaian / kecocokan di dalam yang mendalam dan sungguh-sungguh).
d) 2Pet 1:1 (NASB): "...
by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ" (= oleh
kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
2) Kitab Suci memberikan
nama-nama ilahi untuk Yesus (Yes 9:5 Yer 23:5-6 Yer 33:14-16 Mat 1:23 2Tim 1:10
Ibr 1:8,10).
a) Yes 9:5 jelas merupakan
suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai ‘Allah
yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah menyerang ayat
ini dengan ber-kata bahwa Kristus hanya disebut ‘Allah yang perkasa’,
sedangkan YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai ‘Allah yang mahakuasa’ (Ibrani:
EL SHADDAI) seperti dalam Kel 17:1.
Untuk menjawab serangan ini kita bisa melihat Yes
10:21 yang menyebut Allah / YAHWEH / YEHOVAH dengan sebutan ‘Allah yang
perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
b) Yer 23:5-6 dan Yer 33:14-16 juga jelas
merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut
sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata TUHAN tersebut dalam bahasa Ibraninya
adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam
menghadapi orang-orang Saksi Yehovah karena dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus
disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci sebutan
‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan
Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan sebutan ‘EL / ELOHIM’
[= Allah / God(s)], atau sebutan THEOS (bahasa Yunani), bisa diguna-kan
untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1 Kel
12:12 Kel 20:3,23 Hak 16:23-24 1Raja-raja 18:27 Maz 82:1,6 Kis 28:6). Tetapi
sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk
siapapun / apapun selain Allah! Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah
YAHWEH / YEHOVAH, itu pasti menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
c) Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan istilah
‘Immanuel’, yang artinya adalah God with us (= Allah dengan kita).
d) Dalam Perjanjian Lama, sebutan
‘Juruselamat’ dan ‘Penebus’ / ‘Peno-long’ ditujukan kepada Allah
(Yes 43:3,11 Yes 45:15 Yer 14:8 Hos 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan
itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Tit 1:4 Tit 2:13 Tit 3:6 2Pet 1:11 2Pet
2:20 2Pet 3:18).
e) Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak
dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
3) Kitab Suci menunjukkan bahwa
Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:
a) Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1
Yoh 8:58 Yoh 10:10 Yoh 17:5 Ibr 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wah 22:13).
- Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan ‘yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala’.
- Yoh 1:1 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada ‘pada mulanya’.
- Yoh 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih dari 2000 tahun sebelum Kristus lahir.
- Yoh 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus ‘datang’. Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’ tetapi ‘datang’, karena ‘datang’ menun-jukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
- Yoh 17:5 mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum dunia ada.
- Ibr 1:11-12.
Perhatikan kata-kata
‘semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap
sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan’.
Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah
sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibr 1:8-9
(di-hubungkan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibr 1:10), dan Ibr 1:8 berkata
‘tentang Anak’.
· Wah 1:8 dan Wah 22:13 menyebut Yesus sebagai Alfa dan
Omega (huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah
22:13 mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’, dan Wah 22:13
juga mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang terkemudian’, dan
semua ini jelas menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai
selama-lamanya. Lalu Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia hidup sam-pai selama-lamanya.
b) Suci / tak berdosa (2Kor 5:21
Ibr 4:15).
c) Mahakuasa.
Mujijat-mujijat yang Ia
lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi
makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air
menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dsb, menunjukkan
kemaha-kuasaanNya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga
melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:
- Tidak ada nabi / rasul yang bisa melakukan mujijat sesuai kehen-daknya sendiri, tetapi Kristus bisa (Yoh 5:21).
- Nabi melakukan mujijat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi de-ngan kuasa Allah, sedangkan rasul juga demikian karena mereka melakukan mujijat dengan menggunakan nama Yesus. Tetapi Ye-sus melakukan mujijat dengan kuasaNya sendiri (bdk. Yoh 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain untuk melaku-kan mujijat.
- Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehe-bat yang Yesus lakukan (Yoh 15:24).
d) Mahatahu (Mat 9:4 Mat 12:25
Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).
e) Mahaada.
- Ini terlihat dari Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu masih ada di pangkuan Bapa (Yoh 1:18 NIV: "... but God the only Son, who is at the Father’s side ...").
- Kemahaadaan Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Mat 18:20 dan Mat 28:20b. Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!
f) Tidak berubah (Ibr 13:8).
4) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan
pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
a) Penciptaan (Yoh 1:3,10 Kol
1:16 Ibr 1:2,10).
b) Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).
c) Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).
d) Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).
e) Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32 Yoh 5:22,27).
b) Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).
c) Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).
d) Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).
e) Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32 Yoh 5:22,27).
Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman,
menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa?
- Jumlah manusia yang pernah hidup dalam dunia ini sejak dari jaman Adam dan Hawa sampai kedatangan Kristus yang kedua-kalinya adalah begitu banyak.
Kalau Kristus bukanlah Allah
sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan
adil?
- Karena ada begitu banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa (ingat bahwa neraka bukanlah semacam ‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama), seperti:
§
banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosa-nya
sedikit tentu tidak bisa disamakan hukumannya dengan orang yang dosanya banyak.
o
tingkat dosanya.
Misalnya, dosa membunuh dan
mencuri tentu tidak sama hu-kumannya (bdk. Kel 21:12 dan Kel 22:1).
o
tingkat pengetahuannya.
Makin banyak pengetahuan Firman
Tuhan yang dimiliki sese-orang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa
(Luk 12:47-48).
o
kesengajaannya.
Dosa sengaja dan tidak sengaja
tentu juga berbeda hukum-annya (Kel 21:12-14).
o
pengaruh dosa yang ditimbulkan.
Kalau seseorang yang mempunyai
kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang
ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa.
Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata
Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang
lebih berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).
o
apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.
Seseorang yang mencuri tanpa
ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang
yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati.
Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang
melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Maz 35:19 Maz 69:5 Maz
119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai
/ mencari dosa, seperti Maz 4:3.
- Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada banyak hal yang harus dipertimbang-kan, seperti:
- banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.
- jenis perbuatan baik yang dilakukan.
- besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus berkata bahwa janda yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persem-bahan besar, karena janda itu memberikan seluruh nafkahnya (Luk 21:1-4).
- motivasinya dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.
Untuk bisa melakukan semua
hal-hal di atas ini dengan benar / adil, maka Hakim itu haruslah seseorang yang
maha tahu, maha bijaksana dan maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah
sendiri! Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya
bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa
Yesus adalah Allah sendiri!
5) Kitab Suci memberikan
kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:
a) Penghormatan (Yoh 5:23).
b) Kepercayaan (Yoh 14:1).
c) Pengharapan (1Kor 15:19).
d) Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tri-tunggal (Mat 28:19 2Kor 13:13).
b) Kepercayaan (Yoh 14:1).
c) Pengharapan (1Kor 15:19).
d) Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tri-tunggal (Mat 28:19 2Kor 13:13).
6) KesatuanNya dengan Bapa
seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yoh 10:30 dan Yoh 14:7-11, jelas
menunjukkan keilahian Yesus.
7) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yoh 14:7-10 Yoh 15:23 Mat 26:63-64).
7) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yoh 14:7-10 Yoh 15:23 Mat 26:63-64).
Catatan:
Pengakuan sebagai Anak Allah, tidak perlu dan tidak boleh dibeda-kan dengan pengakuan sebagai Allah. Untuk itu lihat Yoh 5:18 yang berbunyi: "Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah".
Pengakuan sebagai Anak Allah, tidak perlu dan tidak boleh dibeda-kan dengan pengakuan sebagai Allah. Untuk itu lihat Yoh 5:18 yang berbunyi: "Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah".
Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya
adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang betul-betul
adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendusta. Tetapi Yesus bukan
hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati
demi pengakuan tersebut!
Ada seorang penulis buku yang menggunakan hal ini
untuk membuktikan keilahian Yesus dengan cara sebagai berikut:

Keterangan:
Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia
mau mati untuk pengakuan itu.
Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu:
TIDAK BENAR atau BENAR.
Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2
kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar, atau Yesus
TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar.
Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar,
maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati
untuk suatu dusta).
Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak
benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak
mengerti apa yang Ia sendiri katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka
Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.
Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk
saudara:
(1) Yesus adalah pendusta / orang tolol.
(2) Yesus adalah orang gila.
(3) Yesus betul-betul adalah Allah / Anak Allah.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
C.S. Lewis berkata:
"A man who was merely a man and said
the sort of things Jesus said wouldn’t be a great moral teacher. He’d either
be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell. You must make your choice.
Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or something
worse" (= seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan
mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang
agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu
harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu maupun
sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).
Banyak orang yang mempercayai Yesus hanya
sebagai nabi, orang yang baik / saleh, dsb, tetapi mereka tidak mempercayai
bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi penjelasan di atas ini menunjukkan bahwa tidak
ada kemungkinan bahwa Ia adalah nabi atau orang baik. Atau Ia adalah Allah
sendiri, atau Ia adalah orang yang sangat brengsek!
8) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak
Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Mat 8:28-32).
9) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap
Yesus.
Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa
malaikat-malaikat harus me-nyembah Anak / Yesus.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan /
Allah (Mat 14:33 Mat 28:9,17 Yoh 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri berkata
bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10).
Perhatikan juga bahwa:
- rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).
- malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wah 19:10 Wah 22:8-9).
- Herodes dihukum mati oleh Tuhan karena menerima penghormatan ilahi (Kis 12:20-23).
Karena itu, kalau Yesus
menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka
hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau
Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?
II) Kristus adalah
sungguh-sungguh manusia.
Bukti-bukti
kemanusiaan Kristus:
1) Ia disebut ‘orang / seorang
manusia’ (Yoh 8:40 Kis 2:22 Ro 5:15 1Kor 15:21).
2) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’
(Mat 24:44).
3) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi
manusia / daging (Yoh 1:14 1Tim 3:16 Ibr 2:14 1Yoh 4:2).
Semua ayat-ayat ini sebetulnya terjemahan
hurufiahnya menggunakan kata ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche
(= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), dan karena itu kata
‘daging’ ini bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia, tetapi pada
seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa
Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia.
4) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:
4) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:
a) Mempunyai tubuh
(darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.
- Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Mat 26:26,28 Luk 24:39 Ibr 2:14.
- Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:
ayat-ayat seperti (Mat 26:38 Mat 27:50 Luk 23:46 Yoh 11:33 Yoh 12:27 Yoh 13:21 1Yoh 3:16).
Dalam Mat 26:38 kata ‘hati’
seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUCHE).
Dalam Mat 27:50 dan Luk 23:46, kata ‘nyawa’
seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah
‘roh’.
Dalam Yoh 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan
terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.
Dalam Yoh 13:21 terjemahan hurufiahnya adalah: ‘was
troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).
Dalam 1Yoh 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya
adalah ‘jiwa’.
o
adanya pikiran manusia (Mat 24:36 Luk 2:40,52), perasaan
manusia (Mat 8:10 Mat 9:36 Mat 26:37,38 Mark 3:5 Mark 6:6 Luk 7:9 Yoh 11:33,35
Yoh 12:27), dan kehendak manusia (Mat 26:39). Ini semua jelas menunjukkan
adanya jiwa / roh manusia.
b) Mengalami pertumbuhan /
perkembangan (Luk 2:40,52).
c) Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh
manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa), seperti: lahir
(Luk 2:7), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 4:7 Yoh 19:28), letih (Yoh 4:6), tidur
(Mat 8:24), penderitaan (Ibr 2:10,18 Ibr 5:8), dan mati (Yoh 19:30).
5) Ayat-ayat seperti Ro 8:3 Fil
2:7-8 Ibr 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.
Keberatan
terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:
1) Ada orang yang mengatakan
bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia,
karena semua manusia ber-dosa. Untuk ini perlu diketahui bahwa dosa tidak
termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah
adalah manusia!
2) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah
manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air
mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan
Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki.
Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan
apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan
pernah mencipta manusia dengan 4 cara:
a) Tanpa menggunakan laki-laki
ataupun perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
b) Tanpa menggunakan perempuan, tetapi
menggunakan laki-laki - yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.
c) Tanpa menggunakan laki-laki, tetapi
menggunakan perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.
d) Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan -
yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia
Yesus.
Jadi kesimpulannya, bahwa
manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan,
tidak menyebabkan Ia bukan-lah manusia yang sejati.
Catatan:
Catatan:
Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai /
diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada
banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh meng-gunakan
ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk mem-buktikan bahwa Ia
bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh meng-gunakan ayat-ayat yang
menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk mem-buktikan bahwa Ia bukanlah Allah!
Orang-orang Saksi Yehovah sering melakukan
kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan
Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus bukanlah Allah.
Misalnya:
- Mat 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.
- Yoh 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.
- Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tak perlu belajar.
- Mat 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yak 1:13).
- Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tak perlu berdoa.
III) Pentingnya
keilahian Kristus.
1) Supaya Ia bisa taat sempurna
kepada BapaNya.
Ini penting karena kalau Ia
jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.
2) Supaya pengorbanan /
kematianNya mempunyai nilai penebusan yang tak terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya
seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa menebus seorang
manusia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia yang lain. Hal
ini dinyatakan dalam Maz 49:8-9. Tetapi karena dalam Kitab Suci bahasa Indonesia
ada kesalahan penterjemahan, maka di sini saya memberikan terjemahan NIV.
Ps 49:6-7 (NIV): "No man can redeem the
life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is
costly, no payment is ever enough" (= tidak seorang manusiapun bisa
menebus nyawa orang lain, atau mem-berikan kepada Allah tebusan untuk dia;
tebusan untuk suatu nyawa sa-ngat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa
mencukupi).
3) Supaya pada waktu Allah
menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus hanya seorang
manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka
Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena
dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap
adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada
hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.
IV) Pentingnya
kemanusiaan Yesus.
1) Yang berbuat dosa adalah
manusia, dan karena itu hukumannya harus ditanggung oleh seorang manusia. Karena
itulah Kristus harus menjadi seorang manusia yang sama seperti kita (Ro 8:3 Ibr
2:14-17) yang mem-punyai tubuh dan jiwa / roh (pikiran, perasaan, kehendak).
Gregory Nazianzus:
"For that which is not taken up is not healed" (= karena apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan).
"For that which is not taken up is not healed" (= karena apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan).
Cyril of Alexandria:
"That which is not assumed is not saved" (= apa yang tidak diambil, tidak diselamatkan).
"That which is not assumed is not saved" (= apa yang tidak diambil, tidak diselamatkan).
Tetapi Kristus haruslah menjadi seorang manusia
yang suci, karena kalau Ia sendiri berdosa, Ia tidak bisa menebus dosa kita (Ibr
7:26-27).
2) Supaya bisa menjadi
pengantara antara Allah dan manusia (1Tim 2:5).
3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka (Ibr 2:17-18 Ibr 4:15).
3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka (Ibr 2:17-18 Ibr 4:15).
William G.T. Shedd:
"Previous to the assumption of a human
nature, the Logos could not experience a human feeling because he had no human
heart, but after the assumption he could; previous to the incarnation, he could
not have a finite perception because he had no finite intellect, but after this
event he could; ... The unincarnate Logos could think and feel only like God; he
had only one form of consciousness. The incarnate Logos can think and feel
either like God, or like man; he has two modes or forms of consciousness"
(= sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami perasaan
manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat
manusia Ia bisa; sebelum inkarnasi, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang
terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah
peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir
dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos
yang berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti
manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran) - ‘Shedd’s Dogmatic
Theology’, vol II, hal 267.
Matthew Poole memberikan komentar tentang Ibr 2:18
sebagai berikut:
"He had the mercies of God before, and
as if that were not enough, the tempted nature of man, to soften his heart to
pity his brethren in their suffering and temptations" (= sebelumnya Ia
sudah mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang
Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai, untuk melunakkan / melembutkan
hatinya supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan
me-reka).
4) Supaya Ia bisa menjadi
teladan bagi manusia (Mat 11:29 Yoh 13:14-15 Fil 2:5-8 Ibr 12:2-4 1Pet 2:21).
Kalau Ia tetap sebagai Allah,
maka Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tak bisa melihat
Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat Dia dan
meneladaniNya.
V) Kristus: 1 person
/ pribadi dengan 2 natures / hakekat.
A) Istilah ‘Person’ dan ‘Nature’.
1) Mengapa digunakan
istilah-istilah seperti ‘person’ (= pribadi) dan ‘nature’
(= hakekat), padahal istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Kitab Suci?
Calvin (pada waktu ia berbicara
tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai
berikut:
"And yet the ancient writers of the
Church were excusable, when, finding that they could not in any other way
maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous
phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which
after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said
that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and
simple essence of God" (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa
dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk
mem-pertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyu-sunan kata
yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa
menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari
pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi
dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).
Herman Bavinck mengatakan
sebagai berikut:
"It is of course self-evident that this
confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms
of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of
substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of
reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of
salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which
loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those
expressions and statements which are employed in the confession of the church
and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in
this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over
against those who would weaken or deny it" (= Jelaslah bahwa pengakuan
iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah.
Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti priba-di,
hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab
Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara ber-tahap / perlahan-lahan
harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja
dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam
dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan
pernyataan yang digu-nakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa
theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi
untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin
melemahkan atau menyangkalnya) - ‘Our Reasonable Faith’, hal
321-322.
Bavinck melanjutkan lagi:
"There have been many, and there still
are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty
vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What
differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with
this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of
Christ, He who stands high and exalted above this awkward confession. But before
long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to
describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught
that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far
poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice
to the incarnation as Scripture explains it to us" (= pernah ada banyak
orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi
dan menguntungkan, meremehkan / memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini,
dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain.
Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini
atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang
berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang
ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk
menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar
bahwa istilah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh
lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering
terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang
dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita) - ‘Our Reasonable Faith’,
hal 322.
2) Arti dari person dan nature.
Pada waktu LOGOS / Anak Allah
berinkarnasi, Ia tidak mengambil pribadi manusia, tetapi hakekat manusia (yang
lalu mendapat kepri-badiannya dari LOGOS).
Kalau demikian, bisakah kita berkata bahwa Yesus
tidak mengambil seluruh manusia, karena yang Ia ambil adalah manusia
tanpa kepriba-dian? Kalau memang LOGOS tidak mengambil seluruh manusia, bukankah
itu berarti bahwa Ia tidak menebus seluruh manusia? Kalau Ia tidak mengambil
kepribadian manusia, bukankah itu berarti bahwa kepribadian kita tidak ditebus?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita
perlu mengerti ten-tang arti / definisi dari istilah ‘person /
pribadi’ dan ‘nature / hekekat’.
a) Human nature adalah substance
/ essence (= hakekat) dari manu-sia. Tidak ada perbedaan antara human
nature yang satu dengan human nature yang lain. Semua manusia
mempunyai human na-ture yang sama.
b) Human nature sudah merupakan seluruh
manusia, tidak ada sedi-kitpun yang kurang.
c) Human person (= pribadi manusia) adalah
human nature yang sudah dipribadikan. Karena itu, human person
yang satu berbeda dengan human person yang lain.
Beberapa kutipan kata-kata
William G. T. Shedd::
- "Personality is not an integral and essential part of a nature, but is, as it were, the terminus to which it tends" (= Kepribadian bukanlah meru-pakan bagian yang perlu untuk melengkapi dan bukan bagian yang pokok / hakiki dari suatu hakekat, tetapi merupakan terminal yang dituju oleh hakekat itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 287.
- "When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant. This human nature is capable of becoming a human person but as yet is not one. It requires to be personalized, in order to be a self-conscious individual man. A human person is a fractional part of a specific human nature or substance which has been separated from the common mass, and formed into a distinct and separate individual, by the process of generation. Prior to this separation and formation, this fractional portion of the common human nature has all the qualities of the common mass of which it is a part, but it is not yet individualized. It is potentially, not actually personal. It has all the properties that subsequently appear in the particular individual formed of it" [= Pada waktu kita berbicara tentang suatu hakekat manusia, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, ratio, moral dan rohani. Hakekat manusia ini bisa (mempunyai kemampuan) menjadi pribadi manusia tetapi belum / bukan merupa-kan pribadi manusia. Hakekat manusia itu perlu dipribadikan supaya menjadi seorang manusia tersendiri yang sadar. Seorang pribadi manusia adalah sebagian kecil dari hakekat atau zat manusia tertentu yang telah dipisahkan dari seluruh massa, dan dibentuk menjadi pribadi tersendiri yang berbeda dan terpisah, oleh proses kelahiran. Sebelum pemisahan dan pembentukan ini, bagian kecil dari seluruh hakekat manusia itu, mempunyai semua sifat-sifat dari seluruh massa dari mana ia merupakan bagian, tetapi ia belum dipribadikan. Ia berpotensi untuk menjadi pribadi, tetapi ia tidak / belum sungguh-sungguh merupakan pribadi. Ia mempunyai semua sifat-sifat yang sesudah itu muncul dalam pribadi tertentu yang dibentuk darinya] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289-290.
- "A lump of clay has all the properties of matter that belong to the vessel of honor and dishonor. But it has not as yet the individual form of the vessel. An act of the potter must intervene, whereby a piece of clay is separated from the lump and moulded into a particular vase having its own peculiar shape and figure. In like manner, human nature as an entire whole existing in Adam possessed all the elementary properties that are requisite to personality, though it was not yet personalized" (= segumpal tanah liat mempunyai semua sifat-sifat dari bahan / zat yang dimiliki oleh bejana yang terhormat dan tak terhormat. Tetapi gumpalan tanah liat itu belum mempunyai bentuk dari bejana itu. Suatu tindakan dari penjunan harus ikut campur, dengan mana segumpal tanah liat itu dipisahkan dari seluruh gumpalan dan dibentuk menjadi suatu jambangan tertentu yang mempunyai ben-tuknya yang khas. Demikian juga, hakekat manusia sebagai suatu keseluruhan yang ada di dalam Adam mempunyai semua sifat-sifat dasar yang diperlukan untuk kepribadian, sekalipun hakekat manu-sia itu belum dipribadikan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 290-291.
- "The difference, then, between nature and person is virtually that between substance and form" (= Jadi, perbedaan sebenarnya antara hakekat dan pribadi adalah perbedaan antara zat dan bentuk) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 291.
- "Still another point of difference between a ‘nature’ and a ‘person’ is the fact that a nature can not be distinguished from another nature, but a person can be from another person" (= perbedaan lain lagi antara ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ adalah fakta bahwa suatu hakekat tidak bisa dibedakan dari hakekat yang lain, sedangkan suatu pribadi bisa dibe-dakan dari pribadi yang lain) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 294.
Kesimpulan dari semua ini:
Karena person /
pribadi adalah nature / hakekat yang sudah dibentuk / dipribadikan, maka
sebetulnya person / pribadi tidak memiliki kelebihan zat dibandingkan
dengan nature / hakekat. Ingat bahwa ‘pembentukan’ bukanlah
penambahan zat!
Sama seperti segumpal tanah liat, yang sudah
dibentuk menjadi jambangan / gelas, tidak mempunyai kelebihan zat dibandingkan
dengan saat gumpalan tanah liat itu belum dibentuk, demikian juga person
/ pribadi tidak mempunyai kelebihan zat dibanding-kan dengan nature /
hakekat.

Dari illustrasi gambar ini
terlihat dengan jelas bahwa perbedaan antara nature dan person,
tidak terletak pada perbedaan zat / hakekat, tetapi pada pembentukan (nature
- belum dibentuk; person - sudah dibentuk).
Dengan demikian, pada waktu Yesus mengambil human
nature / hakekat manusia, Ia sebetulnya sudah mengambil seluruh manu-sia,
tanpa ada yang kurang sedikitpun.
B) Hypostatical /
personal Union (= persatuan pribadi).
1) Yesus Kristus adalah
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Tetapi Ia hanya merupakan 1
pribadi.
Dasar dari pandangan ini:
Dalam Kitab Suci sering ditunjukkan akan adanya
lebih dari 1 pribadi dalam diri Allah. Misalnya:
a) Penggunaan kata ganti orang
bentuk jamak (Kej 1:26).
b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain (Maz 2:7).
c) Adanya saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu (Mat 3:17 Yoh 17:23-24).
d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain (Yoh 14:26 Yoh 15:26 Yoh 17:3).
b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain (Maz 2:7).
c) Adanya saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu (Mat 3:17 Yoh 17:23-24).
d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain (Yoh 14:26 Yoh 15:26 Yoh 17:3).
Tetapi hal-hal tersebut tidak
pernah terjadi pada waktu Kitab Suci menggambarkan Yesus Kristus. Jadi jelaslah
bahwa berbeda dengan Allah Tritunggal yang memiliki lebih dari 1 pribadi, Yesus
Kristus hanya memiliki 1 pribadi saja!
2) Sebelum inkarnasi,
Yesus adalah Allah Anak yang jelas merupakan ‘seseorang’ yang berpribadi.
Jadi pada saat itu Ia adalah 1 pribadi dengan 1 hakekat, yaitu hakekat ilahi.
Pada saat Ia berinkarnasi, Ia tidak mengambil ‘pribadi manusia’ karena ini
akan menimbulkan ada-nya 2 pribadi seperti yang diajarkan oleh Nestorianism.
Yang diambil olehNya adalah hakekat manusia. Hakekat manusia dan hakekat ilahi
bersatu dalam pribadi Anak Allah sehingga setelah inkarnasi, Yesus adalah 1
pribadi dengan 2 hakekat (ilahi dan manusia).
Ada yang beranggapan bahwa
Logos mengambil ‘pribadi manusia’, karena yang diambil itu terdiri dari
tubuh dan jiwa / roh, yang mencakup pikiran, perasaan, dan kehendak, dan ini
merupakan ciri-ciri dari seorang pribadi. Tetapi ini tidak benar, karena
sekalipun Logos itu mengambil tubuh manusia dan jiwa / roh manusia, yang
mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak, tetapi semua itu belum dipribadikan /
tidak specific (= tertentu).
Jadi, pikirannya belum tertentu (pandai atau
bodoh), perasaannya belum tertentu (halus atau kasar), kehendaknya belum
tertentu (keras atau tidak). Bahkan tubuhnyapun belum tertentu (tinggi atau
pendek, berkulit putih atau kuning atau hitam, bermata biru atau coklat,
berambut pirang atau hitam, dsb). Dengan demikian ini bukan pribadi manusia,
tetapi hakekat manusia.
Tetapi pada saat pertama Logos mengambil hakekat
manusia itu, maka hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari Logos,
sehingga menjadi manusia tertentu.
3) Hakekat manusia itu tidak
pernah ada terpisah dari pribadi Allah Anak. Hakekat manusia itu mendapat
kepribadiannya dari pribadi Allah Anak dan selalu ada di dalam pribadi Allah
Anak itu. Bahkan antara kematian dan kebangkitan Yesuspun, hakekat manusia itu
tak terpisah dengan LOGOS / Allah Anak, karena sekalipun hakekat manusia itu
terpecah (roh pisah dengan tubuh), tetapi LOGOS / Allah Anak yang maha ada itu
tetap bersatu baik dengan tubuh (yang ada di kuburan) maupun dengan roh (yang
ada di surga).
4) Dalam Personal Union
(= persatuan pribadi) ini terjadi suatu persatuan, bukan suatu percampuran (mixture
/ confusion), antara hakekat manusia dan hakekat ilahi. Jadi, baik hakekat
manusia maupun hakekat ilahi tetap mempunyai / mempertahankan sifat-sifat-nya
sendiri-sendiri. Mereka berbeda, tetapi bersatu dalam diri Yesus Kristus.
5) Akibat adanya 2 hakekat dalam
pribadi Yesus Kristus ini maka:
a) Kristus mempunyai 2
macam kesadaran, yaitu ilahi dan manusia. Kadang-kadang Ia berpikir dan merasa
sebagai Allah, dan kadang-kadang sebagai manusia.
Contoh:
·
kesadaran ilahi: Mat 8:26 Yoh 8:58 Yoh 11:44.
·
kesadaran manusia: Mat 24:36 Mat 26:37-38 Yoh 11:35 Yoh 19:28.
Tetapi harus diingat bahwa
dalam setiap contoh-contoh itu, adalah pribadi yang sama yang berpikir /
mempunyai kesadaran.
b) Kristus mempunyai 2 kehendak,
ilahi dan manusia. Tetapi karena kehendak manusia yang ada dalam diri Yesus
adalah suci, maka tidak ada pertentangan / konfrontasi antara kehendak ilahi dan
kehendak manusia dalam diri Yesus. Karena itu, sekalipun ada 2 kehendak, selalu
hanya menghasilkan satu tindakan (bdk. Mat 26:36-46).
Illustrasi / analogi:
Illustrasi / analogi yang paling cocok untuk
menjelaskan Personal Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa
pada manusia (Catatan: ini hanya berlaku untuk orang yang percaya pada
Dicho-tomy, bukan pada Trichotomy!).
- Pada manusia, tubuh dan jiwa membentuk 1 pribadi.
Pada Yesus Kristus, hakekat
manusia dan Allah Anak membentuk 1 pribadi.
- Pada manusia, kepribadian terletak pada jiwa, bukan pada tubuh.
Pada Yesus Kristus, kepribadian
terletak pada Allah Anak, bukan pada hakekat manusia.
- Pada manusia, tubuh berbeda dengan jiwa; mereka tidak bercam-pur, dan masing-masing mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
Pada Yesus Kristus, hakekat
manusia berbeda dengan hakekat ilahi; mereka tidak bercampur dan masing-masing
mempertahan-kan sifat-sifatNya sendiri-sendiri.
C) Akibat dari Personal
Union.
1) Communicatio Idiomatum
[communication of properties (= pemberian sifat-sifat / sama-sama
memiliki sifat-sifat)].
Catatan:
Catatan:
Istilah Communicatio Idiomatum ini adalah
istilah bahasa Latin, yang begitu populer dalam Kristologi, sehingga dalam
buku-buku Theologia sering digunakan begitu saja tanpa diberikan terjemah-annya.
a) Arti istilah ini:
kata Idiomatum / properties
berarti ‘sifat dasar’.
Dalam diri manusia, sifat-sifat
seperti pemarah, sombong, pelit, tidak termasuk sifat dasar, karena tidak semua
orang mem-punyai sifat seperti itu.
Contoh sifat dasar dalam diri manusia adalah:
terbatas, tidak maha tahu, bisa berdosa, bisa mati, dsb. Sifat-sifat ini
dimiliki oleh semua manusia.
Catatan:
Perhatikan bahwa dalam sepanjang pembahasan
tentang Communicatio Idiomatum ini, yang dimaksud dengan ‘sifat’
adalah ‘sifat dasar’.
·
Dalam bahasa Yunani istilah Communicatio diterjemahkan
de-ngan istilah KOINONIA.
Kata Yunani KOINONIA bisa
berarti:
·
fellowship (= persekutuan).
·
a close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang
dekat).
·
participation (= partisipasi).
·
sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).
·
partnership (= persekutuan).
·
contribution (= sumbangan).
·
gift (= pemberian).
Jadi, kalau dikatakan bahwa
terjadi Communicatio Idiomatum dari A kepada B, maka itu berarti bahwa
sifat-sifat A diberikan kepada B, atau bahwa B sama-sama memiliki sifat-sifat
yang dimiliki oleh A.
b) Dalam hal Communicatio
Idiomatum ini, ajaran Reformed berten-tangan dengan Lutheran.
- Ajaran Reformed:
Sifat-sifat dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat ilahi, dan sebaliknya, sifat-sifat dari hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat manusia. Tetapi, baik sifat-sifat dari hakekat manusia maupun sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat-sifat dari pribadi Kristus.
Charles Hodge berkata:
"Hence, inconsistent, or apparently
contradictory affirmations may be made of the same person" (= Karena
itu, ketidak-konsistenan, atau pernyataan-pernyataan yang kelihatannya
kontradiksi / bertentangan bisa dibuat tentang pribadi yang sama) - ‘System-atic
Theology’, vol II, hal 379.

Keterangan gambar:
P = Pribadi Kristus; HM = Hakekat Manusia; HI =
Hakekat Ilahi.
Catatan:
Jangan bayangkan diri Kristus betul-betul
seperti gambar di atas! Gambar ini hanya untuk membantu saudara untuk
melihat dimana terjadi pemberian sifat-sifat dan dimana tidak terjadi pemberian
sifat-sifat.
Penjelasan:
Hakekat manusia mempunyai sifat terbatas,
sedangkan hakekat ilahi mempunyai sifat tidak terbatas. Sifat terbatas dari
hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat dari
hakekat ilahi, dan sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi tidak diberikan
kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat dari hakekat manusia. Tetapi baik
sifat terbatas dari hakekat manusia, maupun sifat tidak terbatas dari hakekat
ilahi, sama-sama diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat dari pribadi
Kristus. Jadi, pribadi Kristus mempunyai sifat terbatas dan tidak terbatas
sekaligus.
Dengan cara yang sama bisa kita dapatkan bahwa
pribadi Yesus bisa dikatakan terbatas pengetahuannya maupun maha-tahu, lemah /
terbatas kekuatannya maupun mahakuasa.
Karena itu jangan heran kalau melihat bahwa Kitab
Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus itu terbatas pengetahuannya (Mat 24:36),
tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu mahatahu (Mat 9:4 Mat 12:25 Yoh
2:24-25 Yoh 6:64). Juga jangan heran kalau Kitab Suci kadang-kadang
menggambarkan Yesus lemah / terbatas kekuatannya, sehingga bisa lelah,
membutuhkan istirahat / tidur (Yoh 4:6 Mat 8:24), tetapi juga sering
menggambarkan Yesus itu mahakuasa, dimana Ia bisa membangkitkan orang mati,
menghentikan badai, memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5 roti dan 2
ikan, mengusir setan, dsb.
- Ajaran Lutheran:
Mereka mengatakan:
- ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat kepada pri-badi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat dari kedua hakekat. Ini sesuai dengan ajaran Reformed.
- juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua hakekat tersebut.
Dengan kata lain, hakekat yang
satu juga memiliki sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak sesuai dengan
ajaran Re-formed
.
.

Perkembangan ajaran tentang Communicatio
Idiomatum dalam kalangan Lutheran:
(1) Luther dan orang-orang
Lutheran yang mula-mula meng-ajarkan adanya pemberian sifat-sifat, baik dari
hakekat ma-nusia kepada hakekat ilahi, maupun dari hakekat ilahi kepa-da hakekat
manusia.
(2) Orang-orang Lutheran selanjutnya hanyalah
menekankan pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia. Ini
mereka lakukan untuk menghindarkan hakekat ilahi menjadi terbatas karena
pemberian sifat dari hakekat manusia.
(3) Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang
Lutheran membedakan antara operative attributes / sifat-sifat opera-tive
(seperti maha kuasa, maha ada, maha tahu) dengan quiescent attributes /
sifat-sifat diam (seperti tak terbatas, kekal) dari Allah, dan mereka mengatakan
bahwa hanya operative atrributes sajalah yang diberikan dari hakekat
ilahi kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk meng-hindarkan hakekat
manusia menjadi tak terbatas dan kekal karena pemberian sifat dari hakekat
ilahi.
Catatan:
Doktrin Lutheran yang salah tentang diri Kristus
ini, dimana mereka menganggap bahwa hakekat manusia Yesus itu maha-ada,
menyebabkan mereka bisa percaya bahwa dalam Perja-muan Kudus, Yesus hadir secara
jasmani.
Keberatan / sanggahan terhadap ajaran Lutheran
ini:
(a) Ajaran ini menunjukkan
adanya pembauran / percampuran antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam
diri Kristus. Hakekat manusia yang mempunyai sifat-sifat ilahi seperti maha ada,
maha tahu dsb, tidak lagi bisa disebut sebagai hakekat manusia (perhatikan
kutipan dari Charles Hodge di bawah). Jadi jelas bahwa ajaran ini berbau ajaran
Eutychia-nism dan jelas bahwa ajaran ini bertentangan dengan Chalcedonian
Creed yang mengatakan ‘without confusion, without change’ (=
‘tanpa percampuran, tanpa perubahan’).
Charles Hodge:
"... the properties or attributes of a
substance constitute its essence, so that if they be removed or if others of a
different nature be added to them, the substance itself is changed. ... If
divine attributes be conferred on man, he ceases to be man; and if human
attributes be transferred to God, he ceases to be God". (= sifat-sifat
dari suatu zat / bahan membentuk hakekatnya, sehingga kalau mereka disingkirkan
atau kalau sifat-sifat yang lain ditambahkan kepada mereka, maka zat / bahan itu
sendiri berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada manusia, ia
berhenti menjadi manusia; dan kalau sifat-sifat manusia diberikan kepada Allah,
ia berhenti menjadi Allah) - ‘Sys-tematic Theology’, vol II, hal
390.
(b) Ajaran ini tidak konsekwen, karena kalau
sifat-sifat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka sifat-sifat manusia
juga harus diberikan kepada hakekat ilahi.
Yoh 3:13 menggunakan sebutan / gelar manusia
(‘Anak Manusia’), tetapi memberikan predikat ilahi (‘turun dari sorga’).
Ayat ini dipakai sebagai dasar (secara salah) oleh orang Lutheran untuk
mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada hakekat
manusia.
Tetapi anehnya, kalau mereka melihat ayat seperti
1Kor 2:8, yang menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia / The
Lord of glory’ ), tetapi memberikan predikat manusia (‘menyalibkan’),
mereka tidak mau memakainya sebagai dasar untuk mengatakan bahwa sifat-sifat
dari hakekat manusia diberikan kepada hakekat ilahi.
Ketidak-konsekwenan yang lain ialah bahwa mereka
hanya memberikan sebagian sifat-sifat ilahi kepada hakekat manu-sia. Kalau
beberapa sifat hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka
konsekwensinya adalah bahwa se-mua sifat-sifat ilahi harus diberikan kepada
hakekat manu-sia.
(c) Ajaran ini tidak sesuai dengan gambaran
tentang diri Kristus dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci Kristus tidak
pernah digambarkan sebagai manusia yang maha tahu / maha ada / maha
kuasa. Sebaliknya, Kitab Suci menggam-barkan Yesus sebagai manusia yang
terbatas pengetahuan-nya (Mat 24:36), terbatas keberadaannya (tidak bisa ada di
lebih dari satu tempat pada saat yang sama), dan lemah (bisa lelah, butuh
istirahat, tidur, dsb. Bdk. Yoh 4:6 Mat 8:24).
(d) Ajaran ini tidak bisa menjelaskan Luk 2:40,52
yang menga-takan bahwa Kristus bertumbuh dalam hikmat dan kekuatan.
Ingat bahwa orang Lutheran beranggapan bahwa Commu-nicatio
Idiomatum ini terjadi pada saat yang sama dengan inkarnasi. Dengan demikian,
seharusnya manusia Yesus itu sudah maha tahu dan maha kuasa sejak lahir, dan
kalau demikian, Ia tidak mungkin bertumbuh dalam hikmat maupun kekuatan.
2) Communicatio Operationum /
Apotelesmatum [communication of acts (= pemberian
tindakan-tindakan)].
Semua tindakan / perbuatan
Kristus, baik yang bersifat:
a) ilahi, seperti penciptaan,
pemeliharaan.
b) manusia, seperti makan, minum.
c) gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
b) manusia, seperti makan, minum.
c) gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan
dari seluruh pribadi Kristus.
Jadi, pada waktu melihat Kristus makan, kita tak
perlu berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berkata
‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa Kristus mencipta dan
mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata ‘hakekat ilahiNya mencipta dan
mengatur alam semesta’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus mencipta dan
mengatur alam semesta’.
Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada tindakan dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan dari tubuh, seperti mencerna makanan.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, me-nulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Ada tindakan dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan dari tubuh, seperti mencerna makanan.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, me-nulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A)
sedang makan / berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi
‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’, tetapi
‘Dia / si A berpikir’.
3) Communicatio Charismatum /
Gratiarum [communication of gifts (= pemberian karunia-karunia)].
Hakekat manusia dari Kristus,
sejak saat pertama keberadaannya, telah diberi bermacam-macam karunia yang
mulia.
Misalnya:
a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan
LOGOS, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan dan,
menurut Louis Berkhof, ‘menjadi object penyembahan’.
Tetapi G. C. Berkouwer mengatakan:
"Reformed theology resisted every form of the deification of the human nature of Christ" (= theologia Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus).
b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis Berkhof, terma-suk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare).
"Reformed theology resisted every form of the deification of the human nature of Christ" (= theologia Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus).
b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis Berkhof, terma-suk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare).
Catatan: Communicatio Charismatum /
Gratiarum ini tidak mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!
D) Ayat-ayat Kitab Suci
yang berhubungan dengan Personal Union.
Ada 4 golongan ayat-ayat
Kitab Suci:
1) Ayat-ayat yang menggunakan
sebutan bagi Kristus dengan sebutan yang berlaku untuk seluruh pribadi Kristus,
tetapi tidak cocok / berlaku baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk
hakekat ilahi saja.
Contoh:
- Yoh 1:29 - Anak Domba Allah.
- Yoh 5:21-23 - Hakim.
- Yoh 9:5 - Terang dunia.
- Yoh 10:9,11 - Pintu, Gembala.
- Yoh 15:1 - Pokok anggur yang benar.
- Ro 8:34 - Pembela.
- Ef 4:15 - Kepala Gereja.
Sebutan-sebutan ini tidak
ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus
sebagai manusia, tetapi kepada seluruh pribadi Kristus (The God- man).
Calvin:
"Let this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of the human" (= biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan hanya tentang hakekat ilahi atau manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.
"Let this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of the human" (= biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan hanya tentang hakekat ilahi atau manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.
2) Ayat-ayat yang sebetulnya
hanya cocok untuk hakekat ilahi / LOGOS, tetapi ditujukan kepada seluruh pribadi
Kristus.
Contoh:
- Yoh 8:58.
Sebetulnya kata-kata ‘sudah
ada sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk
hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum
Abraham jadi, hakekat ilahiKu sudah ada’, tetapi Ia berkata ‘sebelum
Abraham jadi, Aku (menunjuk pada pribadiNya) sudah ada’.
- Yoh 17:5.
Sebetulnya kata-kata
‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku
untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi
menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu Ia tujukan
untuk pribadi-Nya.
3) Ayat-ayat yang sebetulnya
hanya cocok untuk hakekat manusia, tetapi ditujukan kepada seluruh pribadi
Kristus.
Contoh:
- Mat 24:36.
Sebetulnya ‘tidak tahu akan
hari Tuhan’ hanya berlaku untuk hakekat manusia, bukan untuk hakekat ilahi.
Tetapi ayat ini menu-jukan kata-kata itu untuk Anak, yang menunjuk pada seluruh
pri-badi Yesus.
- Mat 26:37-38.
Sebetulnya yang bisa merasa
sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan hakekat
ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk seluruh pribadi Yesus
- Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam Luk 2:40,52 Luk 24:39-43 Yoh 11:35.
4) Ayat-ayat yang
menggunakan sebutan / gelar yang hanya cocok untuk hakekat yang satu, tetapi
menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.
Ini terbagi dalam 2 golongan:
a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan
/ gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat
manusia.
Contoh:
·
Kis 20:28 (NIV) - "... the church of God, which he bought
with his own blood" (= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan
darahNya sendiri).
Ayat ini menggunakan sebutan /
gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’,
yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
·
1Kor 2:8.
Ayat ini menggunakan sebutan /
gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi
menggunakan predikat ‘menya-libkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk
hakekat manusia Yesus.
·
1Yoh 1:1.
Ayat ini menggunakan sebutan /
gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami
lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba
dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
b) Ayat-ayat yang menyebut
Kristus dengan sebutan / gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya
cocok untuk hakekat ilahi.
Contoh:
·
Mat 9:6.
Ayat ini menggunakan sebutan /
gelar manusia (‘Anak Ma-nusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa
mengampuni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
·
Mat 12:8.
Ayat ini menggunakan sebutan /
gelar manusia (‘Anak Manu-sia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas
hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
·
Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seperti: Mat
13:41 Luk 19:10 Yoh 3:13-15 Yoh 6:62 1Kor 15:47b.
Calvin menjelaskan mengapa hal
itu dilakukan dalam Kitab Suci sebagai berikut:
"And they (Scriptures) so earnestly
express this union of the two natures that is in Christ as sometimes to
interchange them" [= dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu
sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus
sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.
"Because the selfsame one was both God
and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one what
belonged to the other" (= karena orang yang sama adalah Allah dan
manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa
yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian
Religion’, book II, chapter XIV, 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar