1)
Setiap orang membutuhkan keselamatan.
Mengapa?
a)
Karena setiap orang adalah orang berdosa (Ro 3:23).
Bukan cuma
sekedar berdosa sedikit tetapi sangat berdosa. Misalnya perintah untuk mengasihi
Tuhan dengan segenap hati, segenap kekuatan, segenap jiwa, mungkin sekali tidak
ada yang pernah melakukan dengan sempurna. Itu berarti, ditinjau dari hukum itu
saja, kita berbuat dosa setiap saat.
1.
Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Karena kita
lahir sebagai orang yang berdosa, maka kita mempunyai kecenderungan untuk
berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
Kej 6:5 - “Ketika
dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
...”.
Kej 8:21b
- “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang
ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”.
Illustrasi:
Makhluk yang lahir sebagai monyet akan secara otomatis melakukan hal-hal yang
biasa dilakukan oleh monyet. Demikian juga makhluk yang dilahirkan sebagai orang
berdosa akan secara otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang
berdosa.
Sebetulnya,
manusia berdosa itu bukan hanya cenderung kepada dosa, tetapi bahkan sama sekali
tidak bisa berbuat baik, dan selalu berbuat dosa saja. Ini sebetulnya sudah
terlihat dari Kej 6:5 di atas, tetapi lebih terlihat lagi dari Tit 1:15
yang berbunyi: “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan
bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal
maupun suara hati mereka najis”.
Ini menunjukkan
bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi,
tindakan-tindakan yang kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang
miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?
a.
Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15
- “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
b.
Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.
1Kor 10:31:
“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Suatu
‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya
kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang mengasihi Tuhan, dan
dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan /
perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang
pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian disebut baik?
2.
Kalaupun ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.
Bahwa dosa
tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21 yang
berbunyi: “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ...
sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang
kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab:
‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa
saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras,
apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’!
Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus /
menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
2)
Yesus sudah memberikan jalan keselamatan kepada manusia berdosa itu, dengan
jalan menjadi manusia, menderita dan mati di kayu salib, untuk menebus dosa-dosa
manusia. Dengan itu Ia menjadi satu-satunya jalan keselamatan (Yoh 14:6
Kis 4:12 1Yoh 5:11-12).
3)
Kita bisa diselamatkan, karena ‘iman saja’ (Sola Fide), bukan karena
‘perbuatan baik’ atau karena ‘iman + perbuatan baik’.
Bahwa Kitab
Suci memang mengajarkan bahwa perbuatan baik tidak punya andil dalam
keselamatan, terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
· Gal 2:16
- “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.
Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan
oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat.
Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum
Taurat”.
·
Ro 9:30-32 - “Jika
demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang
tidak mengejar kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena
iman. Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan
kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel
mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan”.
·
Fil 3:7-9 - “Tetapi
apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena
Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranKu sendiri karena mentaati hukum
Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus,
yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
Karena iman itu
sendiri adalah pemberian Allah (Fil 1:29), maka jelas bahwa seluruh keselamatan
merupakan anugerah. Dan karena itu kita percaya bukan hanya kepada SOLA FIDE (=
hanya iman), tetapi juga kepada SOLA GRATIA (= hanya kasih karunia), karena
kedua hal itu berhubungan sangat dekat, dan sama-sama bertentangan dengan ajaran
yang mengatakan adanya andil manusia dalam memperoleh keselamatan.
Ef 2:8-9 -
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Ro 3:24,27-28
- “dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kristus Yesus. ... Jika demikian, apa dasarnya untuk
bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan
berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman,
dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Ro 4:2-5 - “Sebab
jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk
bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab
Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran.’ Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak
diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang
yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka,
imannya diperhitungkan menjadi kebenaran”.
4)
Iman yang sejati / sungguh-sungguh memang harus diikuti oleh pertobatan dari
dosa / perubahan hidup (Yak 2:17,26).
Mengapa
demikian? Karena orang yang betul-betul percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh
Kudus (Yoh 7:38-39 Ef 1:13-14), dan Roh Kudus itu akan
menguduskan / menyucikan hidup orang itu (Gal 5:22-23).
Kalau ada orang
yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak
berubah, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia
tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.
Sekalipun iman
yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan,
tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan
perbuatan baiknya.
Illustrasi:
sakit ->
obat ->
sembuh ->
olah raga / bekerja
dosa ->
iman ->
selamat ->
taat / berbuat baik
Apa yang
menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga /
bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu kalau
seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap
tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga
dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik.
Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi
dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada
yang salah dengan imannya.
Juga kalau kita
melihat pada garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan
bukannya perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan, karena
keselamatannya telah terjadi sebelum perbuatan baik.
Luk 19:9 -
“Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada
rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
Kesimpulan dari
bagian ini: keselamatan hanya karena iman, dan itu betul-betul merupakan
anugerah murni!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar